Untuk kilang minyak, kapasitas produksinya 110.000 bpd (barrels per day) atau setara dengan 15.000 tpd (tons per day).
Estimasi total investasi sebesar +/USD 600.000.000
Pabrik akan dipindahkan dari Tabangao, Filipina, ke Bulukumba, Sulawesi Selatan, dengan estimasi waktu untuk konstruksi, pemasangan, dan pengujian sekitar 36 bulan.
Produk yang dihasilkan antara lain Naphtha (282 tpd), Diesel Euro V (3.388 tpd), LSFO (Low Sulfur Fuel Oil) (2.964 tod), Bitumen/Fuel Oil (4.376 tod) dan LPG.
Target pasar utama adalah untuk ekspor dan sebagian untuk pasar domestik.
Plt Direktur Utama Perseroda Sulsel Machmud Achmad menyatakan bahwa di Indonesia saat ini hanya ada 8 refinery padahal kebutuhan minyak terus meningkat.
“Di Indonesia refinery cuman 8. Kebutuhan minyak setiap hari itu 1.600.000 barel per hari. Namun hanya 700.000-800.000 barel yang disanggupi Indonesia,” kata Machmud.
Sementara di Sulawesi kata dia hingga saat ini belum ada sama sekali. “Refinery biar satu nda ada di Sulawesi,” tandasnya.
Koordinator Investor, Datok Mohd Emir Mavani Abdullah menyampaikan produk yang dihasilkan nantinya bisa digunakan untuk domestik maupun ekspor.
“Boleh digunakan disini maupun di luar negeri. Suplai nda ada masalah. Secara teknis, UU pemerintah yang mesti dipatuhi,” kata Emir.
Setelah penandatanganan MoU kata dia akan dibuat masterplan economic impact.
Bupati Bulukumba Andi Muchtar Ali Yusuf menyatakan bahwa pemerintah kabupaten Bulukumba terbuka dengan investasi yang ingin masuk. “Hari ini adalah langkah awal, pemerintah MOU. Tolong sama-sama kita bekerja,” ungkap Andi Muchtar Ali Yusuf. (selfi/fajar)