FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Salah satu masjid tertua yang berdiri di Kota Makassar adalah Masjid Babul Firdaus.
Masjid ini sendiri menyimpan banyak cerita sejarah perlawanan ulama di Makassar, bahkan sampai perjuangan melawan penjajahan Belanda.
Lokasi bangunan masjid ini terletak di Jalan Kumala, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar.
Masjid Babul Firdaus sendiri memiliki arti dari namanya yang sangat bermakna yaitu pintu surga Firdaus.
Menurut penuturan Ketua Pengurus Masjid Babul Firdaus, Andi Ali, ia menyebut masjid ini sudah berdiri selama 136 tahun.
Awalnya masjid ini didirikan oleh salah satu Raja yang berasal dari Gowa. Yaitu Raja Gowa ke-34 Imakkulau Daeng Serang Karaeng Lembang Parang.
“Mesjid Babul Firdaus ini dibangun pertama-tama sekitar 136 tahun yang lalu. Oleh raja Gowa yang ke-34, Imakkulau Daeng Serang Karaeng Lembang Parang,” kata Andi Ali kepada Fajar.co.id, Jumat (15/3/2024).
“Dan masjid ini dibangun di kawasan kerajaan Gowa. Di mana, pusatnya waktu itu berada di istana Balla Lompoa Bungaya di Selatan Mesjid ini,” jelasnya.
Andi Ali pun menjelaskan, tujuan awal didirikannya masjid ini sebagai tempat ibadah untuk keluarga dan masyarakat setempat khususnya.
“Tujuan awalnya dibangun masjid agar keluarga dan masyarakat setempat bisa beribadah dengan baik,” tuturnya.
Lebih lanjut, Imakkulau Daeng Serang Karaeng Lembang Parang ia menjelaskan awalnya masjid ini dibangun dengan luas yang hanya mencakup 10x10 saja.
Dan dalam masa pembangunannya masjid ini melibatkan banyak ulama yang berasal dari Gowa maupun Tanah Bugis.
Kemudian untuk imam yang pertama di masjid Babul Firdaus ini sendiri merupakan imam yang berasal dari Barru.
“Jadi waktu itu beliau membangun masjid ini dengan ukuran yang terbatas juga. Dengan ukuran 10 x 10 dan pembangunannya melibatkan beberapa ulama dari Gowa maupun tanah bugis,” paparnya.
“Dan kemudian, imam pertama di mesjid ini adalah ulama yang berasal dari Barru,” lanjutnya.
Setelah pembangunan masjid ini, pertama kali mendapatkan renovasi pada tahun 1956. Dimana, renovasi ini dilakukan untuk memperluas masjid.
Lebih lanjut, untuk renovasi kedua dari masjid ini kembali berlangsung pada tahun 2010 silam. Alasannya, karena beberapa bagian di bangunan masjid sudah termakan usia.
“Kemudian pada tahun 1956 masjid ini diperluas oleh Andi Mappanyukki yang merupakan putra dari pendiri masjid ini,” sebutnya.
“Lanjut di tahun 2010 pengurus masjid melakukan renovasi terhadap bangunan utama yang sudah tua, plafon sudah rapuh begitu juga baloknya,” lanjutnya.
Dan pada tahun 2024 ini, masjid Babul Firdaus kembali mendapatkan renovasi. Dengan renovasi yang dilakukan secara total untuk memenuhi kebutuhan jemaah.
“Dan terakhir karena inisiatif dari cucu beliau Mayor Purnawirawan Andi Muhammad, bangunan masjid direnovasi secara total untuk memenuhi kebutuhan jemaah,” jelasnya.
Terkait beberapa bangunan atau peninggalan dari awal pembangunan masjid Babul Firdaus ini, tentunya masih ada yang dipertahankan.
Seperti, bagian atau bentukan awal masjid yang masih dipertahankan, ada juga lantai murmer setiap bangunan awal 10 x 10 yang masih dipertanahkan meskipun masjid ini semakin luas setelah menjalani tiga kali renovasi.
“Adapun beberapa hal yang masih dipertahanan dari bentuk awalnya ini adalah lantai murmer, kemudian mimbar, makam dan bentuknya seluas 10 x 10 yang masih akan tetap di pertahankan,” tutupnya.(Erfyansyah/Fajar)