"Ini yang tidak pernah diubah, cuma kita sedikit kasih variasi lah. Ini sudah masuk cagar budaya," kata Ridwan sambil menunjuk ke arah bangunan.
Masjid yang berdiri di samping Sekolah Muhammadiyah ini kabarnya dibangun pertama kali oleh Raja Gowa, Sultan Muhammad Zainal Abidin yang menjabat pada 1825-1826 M.
Menurut cerita Ridwan, Masjid ini dibangun Zainal Abidin sejak Islam mulai besar di Timur Indonesia.
Jika Zainal melakukan perjalanan ke Kerajaan Tallo, ia selalu mendapatkan waktu salat zuhur di masjid tersebut yang sebelumnya hanya tempat persinggahan atau rest area.
"Dulu kalau orang sini bilang, passauang, orang sekarang bilang saung atau tempat istirahat, rest area," ucapnya.
Saat itu, Raja Gowa memang dikenal memiliki rest area. Hal itu sangat bermanfaat ketika melakukan perjalanan ke Kerajaan Tallo.
Karena selalu menjadi tempat beribadah, maka rest area itu diubah menjadi musala. Tujuannya agar bisa digunakan oleh raja dan pengawalnya melaksanakan ibadah salat.
Seiring berkembangnya Islam, Raja meminta para pengawalnya untuk mengumpulkan ranting pohon yang berukuran lengan orang dewasa. Ranting itu dijadikan sebagai dinding sementara.
Kemudian untuk atapnya, waktu itu pengawal kerajaan menggunakan ijuk.
"Karena tempat wudu tidak ada, beliau perintahkan untuk gali sumur," Ridwan menuturkan.
Sumur tersebut dikatakan Ridwan terletak di bagian belakang Masjid. Sumur itu hingga saat ini masih terus digunakan dan dirasakan manfaatnya oleh warga setempat. (Muhsin/Fajar)