Hobi merawat tanaman membuatnya turut peduli pada kondisi warga sekitar. Dia pun memberdayakan warga desa dengan mengembangkan beragam bibit tanaman buah.
Muhammad Nursam
Gowa
Tidak sulit menemukan lokasi penangkaran bibit buah-buahan ini di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Cukup dengan mengetik di google-maps menggunakan kata kunci "Rumah Bibitta", maka akan muncul lokasi yang dituju.
Penulis tiba di lokasi penangkaran dan penjualan bibit tersebut pada Selasa, 12 Maret 2024, menjelang masuknya waktu salat ashar.
Terletak di Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Rumah Bibitta sudah cukup dikenal sebagai salah satu penyuplai tanaman buah.
"Rumah Bibitta sudah ada sejak 2016," kata Firman, 40, pendiri Rumah Bibitta, saat penulis bertemu di kediamannya.
Tampak rumah pribadinya itu berjejeran berbagai jenis bibit tanaman buah-buahan. Terlihat jelas deretan bibit alpukat, lengkeng, durian, mangga, jeruk, dan lainnya.
Pria kelahiran Gowa, 12 Juni 1984 ini ternyata kesehariannya adalah seorang Kepala Sekolah di SD Borong Kanang.
Firman mengisahkan, hobinya terhadap tanaman sebenarnya tidak begitu linear dengan pendidikannya saat menjalani pendidikan di bangku kuliah.
"Jurusan saya kan bagian pendidikan (PGSD). Banyak yang sering heran, kamu kayak anak pertanian saja," kata Firman, menirukan kalimat rekan-rekannya.
Firman mengaku sudah biasa mencangkok, okulasi atau menyambung tanaman buah untuk dijadikan bibit. Berangkat dari situ dia pun cukup intens dengan rutinitasnya. Ternyata banyak yang suka bibit buah-buahan di daerahnya.
"Saya kemudian beli bibit juga untuk dijual kembali karena banyak yang tertarik. Kalau memperbanyak sendiri agak ribet. Saya kemudian posting-posting di media sosial, ternyata banyak yang datang," kisah Firman, menceritakan bagaimana awal mula dia tertarik dengan penangkaran dan penjualan bibit.
Firman menceritakan, saat awal-awal dia belum punya modal untuk usahanya itu. Namun, berkat keberadaan Bumdes, akronim dari Badan Usaha Milik Desa, Firman pun merasa terbantu.
"Tahun 2016 itu mulailah saya minta bantuan warga. Mereka ternyata antusias. Bumdes itu kan juga ada BRILink-nya kita pun terbantu dalam hal modal usaha dan transaksi keuangan," kata Firman.
Lambat laun, dirinya dan sejumlah warga desa pun mengerjakan sejumlah proyek pengadaan bibit untuk penghijauan.
"Bibit buah yang paling banyak. Beberapa desa juga memesan. Ini juga bagian program desa. Kini sudah banyak yang terjual," ungkap Firman.
Mitra kerjanya dalam usaha ini telah mencapai 30-an orang. Sebagian besar warga desa. "Mereka membibit dan saya bantu jualkan," sambungnya.
Karyawan tetap untuk usahanya tersebut ada 2 orang. Selama dua tahun, Firman turut andil menangani Desa Brilian. Dia menyuplai bibitnya. Bahkan, banyak juga yang dikirim ke Makassar dan berbagai daerah lainnya.
Firman mengaku, dalam menjalankan usahanya terkadang butuh dana yang tiba-tiba. Berkat layanan BRI, dia pun menyebut bank milik negara tersebut sangat mempermudah menjalankan usahanya.
"Dulu kan saya harus ke ATM untuk ambil dana yang jaraknya cukup jauh. Sekarang sudah ada agen BRILink. Tidak perlu jauh-jauh lagi," tuturnya.
Biasanya, dia juga mendapati ada pembeli yang membayar lewat transfer bank. Ini kadang jadi kendala karena belum tentu benar-benar dibayar. Tetapi berkat kehadiran aplikasi BRImo, semua transaksi jadi jelas dan valid.
"Setelah ada BRImo, kami benar-benar dimudahkan. Ketika ada yang transfer, saya langsung bisa cek. Karena kalau ke ATM dulu kan jadi rumit. Jaraknya jauh," urainya.
Diakui Firman, dalam menjalankan usahanya, kadang harus mengambil dana dengan jumlah yang cukup besar.
"Kami pernah ambil 50 juta dan harus segera. Beruntung ada agen BRILink yang jaraknya cukup dekat dari sini. Awalnya saya sempat ragu ke agen BRILink, adaji uang tunainya Rp50 juta dan ternyata ada. Persoalan keuangan pun teratasi dengan mudah," bebernya.
Dalam kesehariannya, Firman dikenal cukup luwes, mudah bergaul, dan tak sungkan berbagi kepada warga desa.
Hal itu diakui Ansar, salah seorang warga yang masih punya hubungan kekerabatan dengannya. Menurutnya, Firman punya jiwa sosial yang tinggi. Punya cita-cita memajukan taraf hidup warga desa.
"Firman orang dermawan. Di depan rumah warga banyak tanaman tumbuh, itu beliau yang kasih planterbag secara gratis. Dia bantu masyarakat di sini juga agar mengembangkan potensi diri," kata pemuda tersebut.
Suara azan berkumandang, kami pun menjalankan kewajiban di masjid yang jaraknya hanya beberapa langkah dari tempat kami berbincang. (*)