Di masa kemerdekaan, gedung tersebut juga dijadikan balai kota. Baru pada tahun 2000 dialih fungsikan menjadi Museum Kota Makassar.
“Museum ini diresmikan 17 Juni 2000. Idenya Amiruddin Maula, Wali Kota Makassar saat itu,“ tutur Harlah.
Harlah, adalah saksi sejarah museum itu berdiri.
Saat itu ia masih jadi pegawai honorer. “Sempat dilibatkan dalam penataan awal museum,” katanya. “Awalnya ada sekitar 500 koleksi”.
Sampai saat ini, koleksi di Museum Kota Makassar terus bertambah.
“Kadang ada masyarakat yang donasikan. Tahun lalu (2023) saja ada tambahan lima keris,” ucapnya.
Walaupun museum yang dikepalainya terbuka untuk menerima koleksi, Harlah bilang yang diterima juga tidak sembarang. Salah satu kriterianya, berkaitan dengan sejarah Kota Makassar.
Sebelum masuk koleksi, prosedurnya barang yang bakal didonasikan masuk daftar calon koleksi.
“Kemudian ada tim yang menilai,” jelasnya. Tim tersebut merupakan tim ahli, terdiri dari praktisi analis koleksi dan akademisi dari kampus.
“Sekarang ada 720 koleksi,” ujarnya.
Lulusan magister Program Studi Fifiologi Universitas Padjajaran itu mengatakan, 720 koleksi yang ada jenisnya macam-macam. Jika diklasifikan, ada sembilan jenis:
- Etnografika (203 buah)
- Arkeologika (101 buah)
- Historika (230 buah)
- Numismatika atau heraldika (102 buah)
- Keramika (53 buah)
- Teknologika (satu buah)
- Seni Rupa (24 buah)
- Naskah (dua buah)
- Prasasti (empat buah)
Museum Kota Makassar, tidak sekadar menampung benda-benda kuno. Di sana juga kerap dihelat berbagai kegiatan.
“Kita punya Program Publik untuk menggaet pengunjung,” imbuhnya.
Bentuknya, kata dia macam-macam. Ada Museum Keliling, program ini menyambangi titik tertentu di Kota Makassar. Misalnya lorong wisata atau sekolah.