“Kami melakukan semacam pameran mini, lalu mengedukasi”.
Selain itu, ada pula program Ayo ke Museum. Program tersebut, kata Harlah mengampanyekan dan menyosialisasikan museum kepada masyarakat.
“Ada beberapa kegiatan. Macam-macam”.
Teranyar, sebelum direnovasi, Museum Kota Makassar bekerja sama dengan Konsulat Jenderal Australia. Membuat sebuah Pameran Seni Digital Imersif bertajuk ‘Walking Through A Songline’.
Pameran yang dihelat 14 September hingga 5 Oktober 2023 itu, berhasil mendongkrak pengunjung Museum Kota Makassar.
UPT Museum Kota Makassar mencatat ada 64.620 kunjungan di bulan September. Angka itu sangat tinggi, dibanding bulan Agustus 2023 yang hanya 1.045 pengunjung.
“Langsung meningkat memang. Tapi di sini (Museum Kota Makassar), tiap tahun memang selalu ada peningkatan penunjung,” ungkap Harlah.
Klaim tersebut, senada dengan data UPT Museum Kota Makassar tiga tahun terakhir. Sejak 2021, jumlah pengunjung terus meningkat.
Pada tahun 2021, ada 4.173. Lalu tahun 2022 pengunjung naik dua kali lipat menjadi 8.073, dan 2023 meningkat drastis jadi 82.299 pengunjung.
Bagi Harlah, museum bukan gudang penyimpanan benda masa lampau. Lebih dari itu adalah kebutuhan: tempat belajar, tempat rekreasi, hingga tempat perenungan.
Ia mencontohkan. Jika seseorang anak muda bisa merenungi foto Karaeng Patingalloang —tokoh intelektual Kerajaan Gowa-Tallo.
“Beliau di usia muda bisa menguasai banyak bahasa asing, cerdas. Itu kan pesan, yang harusnya generasi sekarang terima, sehingga dengan menyesuaikan dengan konteks sekarang. Agar bisa menghasilkan Kareng Patingalloang muda,” ucapnya.