FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Ketua DPC Demokrat Makassar, Adi Rasyid Ali (ARA) mengaku mendapat penugasan dari DPP untuk bertarung di Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Makassar. Komunikasi dengan parpol lain mulai dilakukan.
Meskipun diminta bertarung, dalam waktu dekat, Demokrat tetap membuka desk pilkada untuk penjaringan calon wali kota. Namun, seluruh ketua DPC juga diminta untuk bertarung di pilkada.
"Termasuk saya maju, karena memang pileg (pemilihan legislatif) dan pilkada (pemilihan kepala daerah) berbeda. Kalau pileg pemainnya ribuan kalau pileg mungkin cuma empat pasang atau tiga pasang," kata ARA saat jumpa pers di Hotel Claro, Kamis malam, 21 Maret.
Sehingga kata dia, selain dirinya mulai melakukan sosialisasi, komunikasi dengan partai politik (parpol) lain juga dilakukan karena harus koalisi.
Soal dengan partai siapa, ARA membuka dengan parpol manapun tanpa harus seperti Koalisi Indonesia Maju di Pilpres.
Apalagi kursi Demokrat sangat tergerus, dari 6 kursi menjadi 3. ARA pun menegaskan, desk pilkada tetap akan dibuka dan ketua harus bertarung.
"Kami Demokrat tetap bersemangat. Soal bagaimana-bagaimana kita serahkan kepada proses yang berjalan," kata Wakil Ketua DPRD Makassar itu.
Turunnya perolehan kursi partainya dikarenakan terkena badai besar. Termasuk dirinya tidak lagi terpilih. ARA menilai di lapangan, pemilu 2024 kali ini sangat berbeda dengan Pemilu 2019.
Menurutnya politik uang menjadi keharusan bukan kebiasaan. “Saya melihat bisa berbahaya ke depan untuk melahirkan kualitas wakil rakyat yang ada,” katanya.
Menurutnya, di pemilu ini ia melihat bahwa investasi sosial bukan lagi menjadi modal untuk bertarung dalam dunia politik. "Tapi siapa yang membuang (politik uang) di hari akhir, itu dipilih,” ucapnya.
Kondisi ini menurut ARA, membuat 60 persen incumbent di DPRD Makassar gagal. Sementara banyak legislator pemikir yang selama ini menghidupkan dinamika di parlemen.
"Di DPRD Makassar 60 persen incumbent lewat. Para pemikir di DPRD Makassar tumbang karena politik uang, beda dengan Pemilu 2019,” tandasnya.
Namun, ARA menekankan bahwa penurunan kursi Demokrat tak terjadi hanya di Makassar dan Sulsel. Melainkan terjadi di hampir seluruh Indonesia.
“Hampir semua daerah takedown, 50 persen turun. Saya tidak tahu kenapa? tapi ini siklus politik nasional kita,” ujarnya.
Dia juga mengakui, saat pilpres kemarin, ternyata efek ekor jas ini sangat berdampak.
"Contoh pasangan nomor 1 ada PKB, Nasdem, dan PKS, boleh kita lihat mulai dari Kota, Provinsi dan DPR RI itu semua ada dampak efek ekor jas kepada mereka dan suara partai mereka besar," katanya.
ARA tak menampik bahwa Demokrat saat bersama Anies sudah cukup bagus karena tagline perubahan, tetapi dalam perjalanan berpindah ke 02. Di situ Demokrat tak mendapatkan ekor jas.
"Itu berdampak ke elektoral di masyarakat, walaupun Prabowo menang, tapi ada dampak di legislatif, itu punya dampak dan kita partai Demokrat dalam hal pileg akhirnya membuat kita sedikit turun," katanya.
Anggota DPRD Makassar Partai Demokrat, Ray Suryadi Arsyad menambahkan, di pemilu ini Demokrat mengalami penurunan kursi yang besar di seluruh Indonesia. Namun, ia menegaskan bahwa Demokrat adalah partai yang besar.
"Kami partai besar jadi sangat optimis dapat mengembangkan layar kembali untuk bisa berlayar, untuk bisa lebih hebat lagi kedepan," ujarnya.
Ray menekankan, Demokrat memiliki figur-figur yang mempuni. Sehingga itulah di Pilkada ini, ARA didorong untuk maju di Pilwalkot Makassar. (mum/fajar)