FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman akan membeli 7.000 pompa air sebagai upaya untuk menjaga stabilitas beras nasional dan memperkokoh ketersediaan pangan di Indonesia.
Pompa itu untuk mengairi sawah. Yakni sawah yang tanpa irigasi. Luasnya 1 juta hektare. Separuh di Jawa, selebihnya di luar Jawa. Termasuk di daerah asalnya Sulawesi Selatan.
Jurnalis senior Dahlan Iskan dalam catatannya di Disway bertajuk 'Air Amran' yang terbit pada Sabtu 23 Maret 2024, menyebut terobosan perluasan areal tanam (PAT) melalui sistem pompanisasi lebih penting dari food estate.
"Saya punya prinsip: meningkatkan produksi beras di sawah yang sudah ''jadi'' jauh lebih mudah dari memproduksi beras di sawah baru. Juga lebih instan. Rakyat kita sudah terbiasa serba instan: makanan instan, keinginan instan, bansos instan," tulis Dahlan Iskan, dikutip pada Rabu (27/3/2024).
Cetak sawah baru tidak bisa instan, perlu kesabaran. Apalagi di tanah gambut Kalimantan. Sawah baru belum akan mampu menghasilkan padi sebanyak sawah yang sudah ''jadi''.
Menurut Dahlan yang juga anak petani itu, di tahun pertama sawah baru paling hanya bisa menghasilkan gabah dua atau tiga ton/hektare. Tahun kedua hanya bisa naik sedikit. Pun tahun ketiga.
Baru di tahun keenam akan mampu menghasilkan 6 sampai 8 ton per hektare.
"Begitu panjang penantian hasilnya. Padahal sebelum tahun keenam medsos akan keburu ribut: 'proyek sawah baru' langsung disebut gagal! Bahkan kecaman seperti itu sudah mulai muncul di tahun kedua. Lalu akan kian ribut menjelang Pemilu," ungkapnya.