Tentu akan dipersoalkan besarnya biaya cetak sawah baru dibanding hasil. Rakyat tidak akan bisa menerima penjelasan proyek strategis jangka panjang.
"Maka mencetak sawah baru kelihatannya tidak cocok dilakukan di negara yang tiap lima tahun ada Pemilu. Program jangka panjang seperti itu berpotensi jadi persoalan. Maka meningkatkan produksi di sawah yang sudah ''jadi'' adalah solusi," sambung mantan Menteri BUMN itu.
Dari sudut itu, Dahlan melihat Menteri Amran jeli. Begitu banyak sawah yang tidak bisa ditanami padi di musim kemarau. Tidak ada irigasi. Sepenuhnya bergantung pada hujan: tadah hujan.
Mengadakan air di tanah seperti itu lebih mudah dari membuka food estate.
Petani sendiri sudah lama melihat peluang pengadaan pompa seperti itu. Pompa mandiri. Petani beli sendiri.
"Kalau Anda menyusuri jalan tol dari Sragen ke Ngawi sampai ke Nganjuk tataplah kanan kiri: ribuan pompa air mandiri diadakan sendiri oleh petani. Maka Sragen, Ngawi jadi lumbung padi. Nganjuk jadi lumbung bawang merah," katanya.
Kini Amran mau membeli 7.000 pompa air. Besar-besaran. Untuk 1 juta hektare. Biayanya Rp 5 triliun.
Seberapa besar ukuran pompa yang dibeli?
“Semua ukuran. Besar, sedang, kecil," ujar Amran.
Kalau sampai pompa itu tidak bisa beroperasi target pun gagal. Kalau berhasil maka impor beras akan hilang tahun depan.
Tentu akan lebih baik kalau pompa tersebut pakai tenaga surya. Tidak mencemari lingkungan. Dan lagi air bisa dipompa siang hari. Tidak harus beli baterai.
"Di sini Amran harus teliti. Jangan ada yang main api. Amran harus kerja keras. Sebentar lagi sudah kemarau," tegas Dahlan.