FAJAR.CO.ID, MAKASSAR– Proses pemilihan ulang tahap pertama calon Rektor UNM periode 2024-2028 selesai. Sebanyak 63 dari 64 senat telah menyalurkan hak suaranya.
Berdasarkan hasil pemilihan, calon rektor nomor urut 5 Prof Hasmyati kembali mendominasi dengan meraup 40 suara. Perolehan ini memang berkurang 11 suara dibanding pemilihan sebelumnya. Namun, tetap menempatkan dirinya kokoh di posisi pertama.
Kemudian, calon rektor nomor urut 4 Prof Karta Jayadi kembali di posisi kedua dengan perolehan 14 suara. Artinya, Wakil Rektor II UNM itu sukses mencuri sembilan suara dibanding perolehan pertama.
Selanjutnya, Prof Hasnawi Haris kembali melengkapi tiga besar dengan perolehan lima suara. Satu suara lebih banyak dibanding perolehan pada pemilihan tahap pertama yang sebelumnya.
Sementara Prof Ichsan Ali dan Prof Eko Hadi Sujiono kembali terlempar dari tiga besar. Prof Ichsan meraih tiga suara sementara Prof Eko mempertahankan satu suara.
Ketiga calon rektor tersebut akan bersaing memperebutkan suara dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Suara Kemendikbudristek sebanyak 35 persen.
Pasca pemilihan, Ketua Panitia Pilrek UNM Prof Hamsu Abdul Gani mengaku lega. Sebab, tuntutan yang sebelumnya dilayangkan Prof Ichsan Ali dan mendapat atensi kementerian, akhirnya bisa terlaksana baik.
"Alhamudilah, pemilihan tahap pertama selesai dan hasilnya sudah ada tiga besar,” buka Hamsu kepada awak media, Kamis, 4 April.
Lebih lanjut dia mengatakan, secara total 63 suara sah. Ada satu senat yang tidak hadir karena masih dalam perjalanan tugas ke Papua. Jadwal kedatangannya sudah tidak bisa mengejar waktu pendistribusian hak suaranya.
Hamsu juga mengatakan, setelah ini pihaknya akan langsung melaporkan hasilnya kepada kementerian. Hasil ini dianggap sudah fair, karena panitia juga mengundang pihak kementerian untuk menyaksikan langsung proses pemilihan.
"Kami sudah minta izin untuk mengirim hasilnya lewat email dulu, nanti fisiknya menyusul, sambil kami usulkan jadwal untuk putaran kedua. Ini kita konsultasikan, karena tanggal masuk kantor itu 15 April, jadi tanggal 16 atau 17 kemungkinan sudah ada, meski ini tentatif,” tuturnya.
Dia juga mengaku tidak mau ambil pusing jika nanti masih ada calon rektor yang keberatan setelah pemilihan ulang. Sebab menurutnya, selaku ketua panitia dirinya hanya menyelenggarakan Pilrek sesuai prosedur, aturan dan undang-undang yang ada.
"Jika ada juga yang masih mau melaporkan, ya silakan saja, itu di luar kewenangan panitia. Yang jelas, panitia telah melaksanakan dengan sebaik-baiknya,” terangnya.
Ketua Senat UNM Prof Jamaluddin, mengatakan proses pemilihan tahap pertama dari lima menjadi tiga calon ini sudah dilakukan dengan transparan. Harapannya, semua pihak menerima dengan tangan terbuka dan jiwa besar.
”Dengan keikhlasan menerima tiga calon rektor hari ini. Kan sudah diulangi dua kali. Ini sebagai tanda, kami minta kerelaan mereka dengan memberikan pakta integritas untuk ditandatangani,” kata dia.
Prof Jamal mengaku, pihaknya hanya ingin proses ini selesai tanpa gejolak. Sebab, dia berharap proses akademik bisa berjalan dengan baik, lancar, dan tidak ada hambatan sama sekali.
”Kita mau menghidupkan atmosfer akademik. Kalau begini terus apa yang bisa dilakukan. Kita masih perlu mengajar, penelitian dan seterusnya,” tuturnya.
Dengan begitu, dia berharap tidak ada lagi laporan yang dilayangkan hanya karena tidak puas dengan hasil ini. Sebab, hal itu bisa memperpanjang proses dan menyita banyak waktu.
”Yang lalu ada pihak yang menggugat, jadi ditunggu dulu hasilnya. Kan pilrek empat tahap, penjaringan, penyaringan, pemilihan, dan penetapan. Insyaallah ini tidak ada mi laporan ke menteri,” harapnya.
Ichsan-Karta Beririsan
Prof Ichsan Ali mengaku belum puas dengan hasil ini. Itu sebabnya, dia tidak mau menandatangani pakta integritas yang ditawarkan oleh panitia. Sebab menurutnya, itu disodorkan setelah proses pemilihan rampung.
”Sementara ini saya terima dulu, tapi sementara ya. Makanya saya tidak tanda tangan pakta integritas tadi. Jadi saya begini dulu sembari berfikir seperti apa nanti,” kata dia.
Lebih lanjut Ichsan mengklaim, sebenarnya dia sudah mengumpulkan delapan suara sebelum proses pemilihan berlangsung. Akan tetapi, pasca pemilihan perolehan suaranya hanya tiga. Dia menduga, ada lima suaranya yang lari ke Prof Karta Jayadi.
Sehingga, dia mengklaim ada irisan antara suaranya dan suara Prof Karta. Itu juga menjadi salah satu alasan dia belum bisa menerima sepenuhnya hasil pemilihan tahap pertama untuk kedua kalinya ini.
”Saya itu sudah hitung betul, ada delapan suara yang saya pegang. Tetapi, pada saat pemilihan saya cuma dapat tiga, yang melonjak Prof Karta. Saya curiga ada suara saya yang lari ke sana,” ungkapnya.
Menanggapi hal ini, Prof Karta Jayadi hanya santai. Dia cuma menegaskan, tidak boleh ada tendensi dalam proses pemilihan ini.
”Tidak boleh saling jegal. Buat apa itu kualitasnya orang kalau pada akhirnya sistem voting yang dipakai. Siapa bosnya di sini? No, tidak boleh,” terangnya.
Dia juga mengaku, pemilihan kedua ini sudah lebih baik baginya. Sebab, perolehan suaranya naik signifikan. Sehingga, dia menganggap pemilihan tahap pertama ini sudah berjalan dengan fair.
”Saya kira ini sudah agak lebih bagus demokrasi kita, pemilihan rektor lebih fair lah. Jadi kalau ada pemilihan selanjutnya, sebaiknya baguslah, ini harus jadi percontohan,” tuturnya. (wid/dir)