“Tahun 2019 pola itu tetap sama ditambah satu variabel lagi yang tinggi kerja nyata dan itu lari kepada Pak Jokowi. Tahun ini kalau survei Indo Barometer paling tinggi adalah orangnya tegas,” imbuhnya.
Hal yang sama juga kata Qodari berdasarkan temuan survei Indikator di mana masyarakat memilih bukan karena faktor bansos, melainkan karena paling mampu memimpin, suka saja, jujur amanah bisa dipercaya dan seterusnya.
“Survei Indikator ini alasan-alasannya kalau versi indikator ini paling mampu memimpin, suka saja, jujur, ingin perubahan paling meyakinkan dan seterusnya,” ucapnya.
Selain itu, Qodari memaparkan semakin tinggi pendidikan dan pendapatan maka semakin sedikit menerima bansos dari pemerintah.
Namun dari data tersebut ternyata masyarakat yang memilih Prabowo-Gibran justru yang terbesar bukan dari pemilih yang menerima bansos.
“Yang pendidikan SD yang memilih Prabowo-Gibran 55%, yang kuliah 71%. Pendapatan di bawah 1 juta yang milih Prabowo-Gibran 49,8%, di atas 4 juta 72,7%. Jadi justru di kalangan yang paling sedikit menerima bansos malah pasangan Prabowo-Gibran justru lebih kuat lalu,” terangnya.
Lebih jauh Qodari menerangkan bukti secara tidak langsung yang tidak berdasarkan riset, meskipun tidak ada bansos dan kepala desa di luar negeri, Prabowo-Gibran tetap unggul.
“Melihat efek bansos pada pilihan capres lewat hasil pemilu kita lihat di luar negeri langsung, di situ ternyata di luar negeri di mana tidak ada bansos, tidak ada kepala desa, malah angka 02, 63,73%, sehingga saya berseloroh bahwa seharusnya kalau di Indonesia gak ada bansos ya harusnya kita 63,73% juga istilahnya,” ungkap Qodari.