Moderasi Beragama Tak Cukup, Butuh Moderasi di Seluruh Aspek Kehidupan

  • Bagikan
Diskusi Buku “Jalan Baru Moderasi Beragama (Mensyukuri 66 Tahun Haedar Nashir).

Afdal memulai pemaparannya dengan mengajukan pertanyaan retoris, “Adakah radikalisme di bidang Kesehatan?”. Ia menjawab, kecenderungan berlebihan untuk mencari keuntungan besar di sektor tersebut, juga dapat disebut sebagai radikalisme.

“Saat ini peredaran ekonomi beredar di sektor kesehatan sangat besar, saking besarnya, ada yang meplesetkan menjadi Kementerian Industri Kesehatan,” ujar alumni Fakultas Kedokteran Unhas itu.

Menurutnya, Muhammadiyah adalah jaringan sektor kesehatan terbesar di luar negara. “Jika mau, Muhammadiyah bisa meraup keuntungan besar di sektor ini. Tapi Pak Haedar berpesan di Rakernas MPKU, ‘jangan jadi bandar’. Pesan singkat tapi sangat mendalam,” ungkap Afdal.

Bagi Haedar, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah tidak boleh menggunakan perspektif untung-rugi, harus menjiwai spirit ‘Penolong Kesengsaraan Umum’. Itulah tugas utama PKU Muhammadiyah. “Namun, Rumah Sakit PKU harus tetap berkelanjutan, tidak boleh mati. Inilah salah satu makna moderasi beragama di sektor Kesehatan,” lanjutnya.

Selain itu, gagasan moderasi beragama lainnya dari Haedar, yakni mendorong peguatan sektor Kesehatan Masyarakat.
Dalam pandangan Haedar, kata Afdal, 90 persen aspek Kesehatan ditentukan oleh gaya hidup sehat, bagaimana mendorong agar masyarakat tidak jatuh sakit. Disitulah pentingnya aspek preventif dan promotif.

Afdal melanjutkan, gagasan moderasi Haedar Nashir di sektor Kesehatan, yakni dengan mendorong ‘kesehatan holistik’. Kesehatan jangan hanya dilihat secara fisik, melainkan juga secara metafisik, dan psikologis, serta produktif. “Fakultas kedokteran Muhammadiyah harus mencetak dokter holistik seperti ini,” harap alumni Program Doktor FKM Universitas Indonesia itu.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan