Para korban, yang kebanyakan mengalami luka memar dan lecet, diselamatkan oleh warga setempat dan mengalami trauma akibat kejadian tersebut. Salah seorang korban, Shinta Puspitasari, mengungkapkan bahwa ia sempat merekam video ketika melintas jembatan sebelum kejadian tragis itu terjadi.
Camat Banjarsari, Mahfud Basyir, menyatakan bahwa jembatan tersebut dalam kondisi baik dan sangat penting bagi warga untuk mengakses jalan kearah pemakaman, sekolah, dan ladang pertanian.
Jembatan tersebut dibangun pada tahun 2011 dan merupakan jalur vital yang menghubungkan Desa Leuwi Ipuh dengan Desa Citeureup. Meskipun pernah dikunjungi oleh Wakil Menteri Desa, Budi Arie Setiadi, saat itu, Ia pernah berjanji untuk membangun kembali jembatan tersebut, janji itu belum terealisasi hingga saat ini.
Para relawan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kecamatan Banjarsari, menjelaskan bahwa penyangga jembatan yang sudah usang dan beban yang berlebihan menjadi penyebab putusnya tali sling jembatan.
Meskipun tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, para korban mengalami trauma dan sebagian telah pulang setelah mendapat perawatan di puskesmas setempat. Saat ini, jembatan gantung tersebut tidak dapat dilalui oleh warga karena kondisinya yang rusak. Meskipun sudah direncanakan untuk dibangun kembali pada tahun 2024, rencana tersebut sempat tertunda karena pandemi Covid-19. (fajar)