FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Publik Indonesia kembali dihebohkan oleh isu keinginan China untuk mengembangkan sektor pertanian di Indonesia.
Tepatnya di Kalimantan Tengah (Kalteng) yang dianggap sebagai pusat potensial bagi pertanian di masa depan.
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, mengumumkan bahwa China telah bersedia terlibat dalam pengembangan pertanian di Kalteng.
Namun, kabar ini tidak disambut baik dan mendapatkan penolakan dari sebagian kalangan.
Pegiat Media Sosial (Medsos), Denny Siregar, adalah salah satu yang mengekspresikan keheranannya terhadap rencana ini.
Menurut Denny, jika tujuannya hanya untuk mengembangkan atau meningkatkan hasil pertanian, khususnya padi, Indonesia seharusnya tidak perlu mendatangkan China.
"Masak untuk padi doang harus dikerjain China?," ujar Denny dalam keterangannya di aplikasi X @Dennysiregar7 (22/4/2024).
Reaksi negatif dari Denny dan sebagian masyarakat mencerminkan kekhawatiran terhadap kedaulatan pangan Indonesia serta potensi risiko yang mungkin timbul dari keterlibatan asing dalam sektor pertanian.
Sebelumnya, Luhut mengumumkan bahwa China bersedia untuk mengembangkan sektor pertanian di Kalimantan Tengah (Kalteng) dengan memberikan teknologi padi.
Proyek ini dijadwalkan akan dimulai pada bulan Oktober 2024.
Kesepakatan ini merupakan hasil dari Pertemuan Ke-4 High Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) antara Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, pada Jumat, 19 April 2024.