Kritikus Soroti Pertemuan Anies-Prabowo: Pesan Kuat Terhadap Politik Dinasti Jokowi

  • Bagikan
Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden RI terpilih Prabowo Subianto (kedua kanan) bersama Gibran Rakabuming Raka (kanan) berjabat tangan dengan pasangan Anies Baswedan (kiri) dan Muhaimin Iskandar (kedua kiri) saat menghadiri rapat pleno terbuka penetapan pasangan calon terpilih pada Pilpres 2024 di Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Rabu (24/4/2024). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/Spt.

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Kritikus politik, Faizal Assegaf, menyoroti pergerakan politik yang terjadi pasca-putusan Mahkamah Konstitusi (MK).

Faizal menekankan pergerakan cepat Anies Baswedan dari PDIP dalam menjalin komunikasi dengan Presiden terpilih Prabowo Subianto.

Meskipun, kata Faizal, terkesan elegan dan bermartabat, namun menimbulkan pertanyaan mendalam.

Menariknya, kata Faizal, pertemuan di KPU antara Anies dan Prabowo yang menunjukkan kemesraan, sementara Gibran terlihat kaku, memberikan pesan tersirat kepada publik.

Pesan tersebut mengindikasikan bahwa kubu 01 menerima kemenangan Prabowo, namun menolak politik dinasti Jokowi.

"Anies seolah mengirim pesan kuat ke publik, kubu 01 menerima kemenangan Prabowo tapi menolak politik dinasti Jokowi," ujar Faizal dalam keterangannya di aplikasi X @faizalassegaf (24/4/2024).

Dikatakan Faizal, sikap Anies sejalan dengan aspirasi gerakan perubahan yang berulang kali memberi sinyal agar Anies dan Prabowo tidak terjebak dalam adu-domba politik Jokowi.

"Sikap Anies sejalan dengan aspirasi gerakan perubahan. Yang berkali-kali memberi sinyal ke Anies dan Prabowo jangan mau terjebak adu-domba politik Jokowi," ucapnya.

Komunikasi yang terus terjalin di balik layar menunjukkan soliditas antara keduanya.

"Tak heran, di balik layar komunikasi terus terjalin dan solid," tukasnya.

Faizal bilang, rakyat secara cerdas menyadari bahwa Prabowo telah dua kali dikalahkan secara curang oleh Jokowi.

"Rakyat secara cerdas memahami bahwa Prabowo dua kali dikalahkan secara curang oleh Jokowi," cetusnya.

Untuk menghindari skenario yang sama, kata Faizal, Prabowo terpaksa bergabung di kabinet, namun ini tidak berarti ia menyerah begitu saja.

"Untuk menghindari skenario busuk itu, Prabowo terpaksa bergabung di kabinet dan mengunci Jokowi dan PDIP," sebutnya.

Namun, diakui Faizal, permainan politik tidaklah mudah. Posisi Gibran sebagai Cawapres yang dipaksakan terancam oleh berbagai dugaan kasus.

"Soal posisi Gibran yang dipaksakan sebagai Cawapres abal-abal, nasibnya tersandera aneka dugaan kasus. Toh Jokowi pun telah membuat Ma'ruf Amin hanya sebatas pajangan. Apalagi Gibran, hanya bocah ingusan bagi Prabowo," ungkapnya.

Jokowi dan kelompoknya terus berupaya memperluas pengaruh mereka, bahkan dengan mencoba merebut posisi strategis di kabinet dan mengipas PDIP untuk menekan Prabowo.

"Ihwal itu bikin Jokowi dan kelompok di belakangnya terus berupaya memperluas pengaruh merebut jatah posisi strategis di kabinet. Modusnya, Jokowi sedang berupaya merebut Golkar. Sembari mengipas PDIP meneror Prabowo," timpalnya.

"Jokowi terkenal super licik. Gibran dipaksa melalui jalur culas agar jadi Cawapres. Pertarungan senyap di lingkar kekuasaan menjadi sengit," sambung dia.

Meskipun demikian, justru Prabowo bergerak cepat menggalang kekuatan untuk meraih kemenangan.

"Tapi, Prabowo bergerak cepat menggalang kekuatan untuk meraih kemenangan," tukasnya.

Pendekatan politik yang dilakukan oleh Prabowo dan Anies telah mengunci Jokowi, Megawati, dan PDIP.

"Dalam kajian terbatas di internal Partai Negoro, pendekatan politik Prabowo maupun Anies esensinya berhasil mengunci Jokowi, Megawati dan PDIP. Siapapun yang jadi Presiden, asal bukan dari PDIP atau boneka Jokowi," kata dia.

Hal ini menunjukkan bahwa siapapun yang menjadi Presiden, asalkan bukan dari PDIP atau boneka Jokowi.

"Mungkin Prabowo berkalkulasi, bila Gibran tidak diambil sebagai Cawapres, maka Jokowi merapat ke PDIP. Akibatnya membuat Jokowi dan Megawati semakin kuat berkonsolidasi menguasai gelanggang Pilpres curang," tandasnya.

Lanjut Faizal, manuver politik ini telah membuat Jokowi dan PDIP merasa terancam.

"Namun permainan di atas papan catur telah berubah total. Manuver Anies menjalin hubungan dengan Prabowo jelas membuat Jokowi dan PDIP panik," terangnya.

Rakyat semakin sadar bahwa Jokowi adalah perusak negara, dan bersatu untuk melawan dinasti politik yang merugikan.

"Terlebih rakyat semakin sadar Jokowi adalah perusak negara. Rakyat bersatu lawan Dinasti Jokowi!," kuncinya.

(Muhsin/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan