Bagi para pelancong yang ingin menikmati refleksi kaki dan suasana alam, Gunung Pangngalleang Toppa adalah salah satu tempat yang cocok.
Muhammad Nursam
Gowa
Destinasi wisata di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, memang tak ada habisnya. Masih banyak lokasi yang orang Sulsel pun tidak semua pernah menjejakinya.
Salah satu lokasi yang menarik dan sudah dibuka untuk umum sejak 2022 lalu adalah Wisata Refleksi Gunung Pangngalleang Toppa.
Terletak di Desa Pakatto, Kecamatan Bontomarannu, Kabupten Gowa, lokasi gunung ini akan mudah ditemukan. Terlebih, Kantor Desa Pakatto juga masih di jalan poros Malino yang setiap hari dilalui ribuan kendaraan.
Penulis tiba di lokasi itu pada siang menjelang sore hari, Sabtu (27/4/2024). Suasana hijau nan asri akan terasa saat memasuki area destinasi wisata.
Penulis terkesima saat tiba, anak tangga yang menjulang menuju puncak gunung tampak cukup panjang. Setiap anak tangga dipasangi kerikil kecil pada bagian tengahnya. Perpaduan warna cat hijau putih dan kuning mempercantik setiap anak tangga.
Abdul Rahman Toby, 35, pengelola Wisata Refleksi Gunung Pangngalleang Toppa menyampaikan bahwa kerikil kecil yang dipasang di bagian tengah setiap anak tangga dimanfaatkan untuk refleksi kaki agar terhindar dari rematik.
Penulis pun mencoba menyusuri setiap anak tangga, kemudian naik menuju puncak gunung tersebut. Beberapa saat mencoba tanpa alas kaki, ternyata tak tertahankan.
Penulis kemudian memakai kembali alas kaki dan berjalan ke atas. Saat berjalan menuju puncak, ada tiga pasangan yang sedang menikmati suasana sore.
Semilir angin makin terasa saat sudah berada di pertengahan jalan. Cukup melelahkan bagi yang tidak terbiasa naik gunung. Sebab, beberapa bagian tangga terbilang terjal meski tidak membahayakan bagi orang dalam kondisi fisik normal.
Penulis butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai di puncak. Sebelum tiba di puncak, ada dua gazebo di bagian kiri dan kanan tangga. Dari gazebo itu, pengunjung bisa melihat Kota Makassar dari bagian atas tanpa harus naik pesawat.
Penulis kemudian lanjut menaiki tangga. Sebuah papan bicara yang dibuat pengelola pun bertulis kalimat penyemangat "Naik Terus, Pantang Turun". Tulisan itu cukup menantang dan membuat penulis penasaran menuju puncak gunung.
Ternyata, setelah melewati papan bicara tadi, puncak gunung sudah cukup dekat. Kurang lebih 50 anak tangga lagi, tibalah penulis di puncak. Kelelahan pun terbayarkan dengan suasana puncak yang membuat mata penulis berbinar.
Dari puncak gunung itu, pengunjung bisa melihat pemandangan alam dari ketinggian. Hampir seluruh Kota Makassar terlihat. Bahkan hingga lautan yang luas.
Nyaris semua gedung-gedung tinggi yang ada di Makassar seperti Graha Pena, Menara Phinisi, Gedung Iqra Unismuh, dan lainnya pun terlihat dari kejauhan. Menengok ke sisi lain, tampak hamparan sawah dan pepohonan. Terlihat juga beberapa petani sedang menggarap sawahnya.
Mengitari pandangan di area puncak terpampang tulisan penyambutan. Tertulis juga ketinggian puncak, 800 MDPL (meter di atas permukaan laut). Jarak yang cukup tinggi tentunya.
Puas menikmati pemandangan, penulis beristirahat sejenak dan turun kembali.
Abdul Rahman Toby, mengungkapkan, saat penulis naik, ada 999 anak tangga yang dijejaki untuk sampai ke puncak.
Pria yang karib disapa Toby ini membeberkan, destinasi wisata Gunung Pangngalleang Toppa merupakan bagian dari unit usaha Bumdes Desa Pakatto. Dia pun dipercaya menjabat sebagai kepala unit Wisata Refleksi Gunung Pangngalleang Toppa.
Nama gunung diambil dari kebiasaan masyarakat di lereng gunung. Pangngalleang Toppa berarti tempat mengambil potongan bahan makanan. "Menurut masyarakat, puncak gunung ini adalah tempat mengambil potongan bahan makanan untuk dijemur baik daging dan lainnya," jelasnya.
Dia menceritakan, Gunung Toppa sebelum dipercantik memang sering ada masyarakat yang naik. Pemerintah desa pun berinisiatif mengembangkannya jadi destinasi wisata.
Berawal dari saran Pemuda Pelopor
kemudian dimasukkan ke Musrembang akhirnya disepakati untuk pengembangan wisata.
"Karena belum ada tangga menuju puncak gunung. Pada 2021 dikerjakanlah tangga yang kemudian tahun 2022 diresmikan," beber Toby yang dibenarkan Kepala Seksi Kesejahteraan Masyarakat Desa Pakatto, Sudirman S.Ak (29).
Toby menyampaikan, pengunjung pada hakikatnya ada saja setiap hari, terutama sore hari. Sabtu-Minggu biasanya baru banyak pengunjung. Kebetulan lokasi ini dibuka mulai pukul 06.00 WITA hingga pukul 18.00 WITA.
"Kalau perhitungan tahun lalu, 200-300 pengunjung dalam sebulan. Tapi tahun ini karena cuaca lumayan panas dan kadang hujan tiba-tiba deras, jumlah pengunjung tidak sebanyak tahun lalu," bebernya.
Dia mengatakan, pengunjung usia remaja yang paling banyak datang. Sudah sering juga ada Youtuber dan selebgram yang datang. "Sosial media memang kita masifkan," katanya.
Yang paling menarik dari gunung ini saat berada di puncak adalah menikmati matahari terbenam atau sunset. "Sunset terlihat menarik dari sini, demikian juga sunrise (matahari terbit) bisa dinikmati dari puncak," urainya.
Kasi Kesejahteraan Masyarakat Desa Pakatto, Sudirman, menambahkan bahwa Wisata Refleksi Gunung Pangngalleang Toppa juga tidak luput dari program Desa BRILian yang digagas BRI.
"Pihak BRI pada 2022 melakukan pembagian bibit pohon bagi warga sekitar gunung. Juga ada pembagian gerobak BRILian," tuturnya.

Sudirman menambahkan, ada 3 orang pengelola yang dipercayakan mengurus destinasi tersebut. Selain Pak Toby yang memimpin, ada juga bagian kebersihan, dan ada penjualan tiket," ujarnya.
Kalimat itu dibenarkan Mantasia,30, perempuan yang menangani bagian tiket. Saat kami selesai berbincang, sepasang muda-mudi mendekati Mantasia untuk memesan tiket.
Nama pasangan itu masing-masing Angga dan Herlina. Keduanya berasal dari Makassar. Sengaja datang untuk menikmati sunset dari puncak gunung. "Saya kebetulan dapat info dari teman. Katanya bagus sekali melihat sunset dari puncak gunung ini," ujarnya. (*)