Indonesia dan Dunia Berkolaborasi Atasi Krisis Iklim

  • Bagikan
Warga menggembala kambing di dasar Waduk Botok yang mengering di desa Mojodoyong, Kedawung, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (30/8/2023). Kondisi waduk tersebut mulai mengering akibat musim kemarau dan mengancam sekitar 2.488 hektare sawah pertanian di 13 desa yang menjadi daerah irigasi Waduk Botok. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/rwa.

Hal tersebut sejalan dengan komitmen Indonesia dalam Perjanjian Paris, yakni meningkatkan target pengurangan emisi gas rumah kasa menjadi 31,89 persen dengan kemampuan sendiri dan 43,20 persen dengan dukungan internasional

Peningkatan target penurunan emisi Indonesia selaras dengan perkembangan signifikan kebijakan Indonesia, seperti perluasan konservasi dan restorasi alam, penerapan pajak karbon, mencapai Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net-Sink 2030, pengembangan ekosistem kendaraan listrik, serta inisiasi program biodisel B40.

Sementara untuk memastikan pendanaan transisi energi, Indonesia telah meluncurkan Country Platform for Energy Transition Mechanism. Bagaimanapun, segala upaya nasional tersebut perlu diikuti oleh dukungan internasional yang jelas, termasuk penciptaan pasar karbon yang efektif dan berkeadilan, investasi untuk transisi energi, dan pendanaan untuk aksi iklim.

Krisis iklim dan dampaknya tidak bisa hanya diatasi oleh satu negara namun harus secara global dan serentak. Penanganan krisis iklim harus dilakukan secara menyeluruh dan gotong royong baik melalui tiap tindakan nyata dan kebijakan yang dilakukan masing-masing negara di wilayahnya, maupun upaya bersama yang kolaboratif secara regional dan global sehingga dapat bersama-sama mewujudkan dunia yang sejahtera, berkelanjutan, dan maju.

DISCLAIMER: Artikel ini merupakan kerjasama antara Fajar.co.id dan LKBN Antara. Dilarang mengutip sebagian maupun keseluruhan artikel tanpa seizin ANTARA.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan