Kemendikbudristek Dikritik Soal UKT Tinggi, Ferdinand Hutahaean: Pendidikan di Negara ini Dijadikan Bisnis

  • Bagikan
Ferdinand Hutahaean

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Uang Kuliah Tunggal (UKT) belakangan ini mendadak ramai menjadi perbincangan publik usai dianggap sulit dibayar sebahagian mahasiswa.

Mahasiswa kurang mampu semakin terpukul atas adanya pernyataan Kemendikbudristek yang menyebut biaya UKT tinggi karena pendidikan tinggi dianggap sebagai kebutuhan tersier.

Merespons hal tersebut, Politkus PDIP itu mengatakan, orang-orang yang ada di Kemendikbudristek tidak layak berada pada posisinya saat ini.

"Jadi kalau ada kementerian pendidikan yang bicara seperti itu, menurut saya mereka tidak layak hidup ni negara ini sebagai pejabat," ujar Ferdinand kepada fajar.co.id, Jumat (17/5/2024).

Menurut Ferdinand, jika orang-orang yang duduk dan memiliki kewenangan di Kemendikbudristek tidak mampu membuat sejahtera, hendaknya mengundurkan diri.

"Layaknya mereka hanya rakyat biasa saja, jangan mengurus negara ketika tidak punya visi untuk mengembangkan bangsa dan negara," sebutnya.

Ferdinand bilang, kondisi Indonesia saat ini sangat mampu untuk memberikan mahasiswa S1 minimal diskon UKT hingga 50 persen.

"Tapi mengapa tidak mampu dan menjadi mahal karena pendidikan negara ini dijadikan bisnis, itu yang repot," Ferdinand menuturkan.

Menyoroti Mendikbudristek Nadiem Makarim, Ferdinand blak-blakan menyebutnya sebagai pejabat yang tidak memiliki inovasi.

"Mnterinya pun sudah tidak punya inovasi, hanya berpikir tentang seragam, buku, pejabat macam apa ini," tandasnya.

Sebelumnya diketahui, Kemendikbudristek memberikan penjelasan terkait ramainya kritikan mahasiswa mengenai Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang dinilai mahal.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan