FAJAR.CO.ID - Pemerintah China menyerukan Amerika Serikat untuk tidak ikut campur dalam latihan militer Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China di sekitar Taiwan.
"Taiwan adalah Taiwan milik China, AS tidak dalam posisi untuk menuding China atas apa pun," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, dalam konferensi pers di Beijing.
Latihan militer itu dilakukan di Selat Taiwan, termasuk di bagian utara, selatan, dan timur Pulau Taiwan, serta daerah sekitar pulau Kinmen, Matsu, Wuqiu, dan Dongyin sejak Kamis pagi. Departemen Pertahanan AS mengatakan mereka memantau latihan itu dengan sangat cermat, menilai tindakan China sebagai "ceroboh" yang bisa meningkatkan eskalasi.
Menurut Wang Wenbin, ketegangan di Selat Taiwan dipicu oleh upaya Partai Progresif Demokratik (DPP) untuk mendapat dukungan AS atas 'kemerdekaan Taiwan'. Dia juga menegaskan bahwa China tidak akan mentoleransi upaya 'kemerdekaan Taiwan' dan meminta AS untuk tegas mendukung prinsip Satu China.
Wang juga menyoroti dukungan banyak pemimpin politik dari berbagai negara terhadap prinsip Satu China, menegaskan bahwa komitmen internasional terhadap prinsip itu tidak bisa digoyahkan. Dia menegaskan bahwa upaya 'kemerdekaan Taiwan' tidak akan berhasil dan siapa pun yang mendukungnya akan terbakar karena bermain api.
Latihan militer China ini dilakukan setelah William Lai Ching-te dari DPP dilantik sebagai pemimpin Taiwan. Meskipun digambarkan sebagai pembela demokrasi, Beijing menyebutnya "berbahaya" dan bagian dari "kelompok separatis".
Sejak dipimpin oleh Tsai Ing-wen dari DPP sejak 2016, Taiwan telah mengambil sikap keras terhadap Beijing dan prinsip Satu China. China sebelumnya telah menggelar latihan besar-besaran pada 2022 sebagai respons atas kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taipei, yang diikuti oleh Taiwan memobilisasi jet tempur dan kapal perang sebagai respons. (*)