Meskipun begitu, kata Badaruddin, warga tetap terterus bergotongroyong menggunakan alat seadanya jika terjadi longsor susulan yang menutupi badan jalan.
Kata Badaruddin, terdapat dua alternatif jalan masuk ke desanya. Hanya saja, karena ada longsor susulan, jalan tersebut kembali tertutup karena masih hujan.
"Yang kami butuhkan itu, bagaimana caranya pemerintah bisa membuka kembali satu jalanan, karena di status itu ada hasil perkebunan warga, itu bisa menormalkan kembali. Kalau masalah infrastruktur ada satu jembatan yang terputus sekitar 20 meter," ungkapnya
Sementara itu, Kepala Desa Ulusalu Kadarusman Samad juga mengeluhkan terkait kondisi jalan akibat adanya longsor susulan.
"Di desa kami ini awalnya sudah (aksesnya) terbuka, tapi kan belakangan ini hujan jadi tertutup lagi, kan air mengalir terus," kata Kadarusman.
Menurut Kadarusman, akses jalan sangat penting karena menunjang aktivitas warga.
"Kita juga pemerintah desa tidak bisa membangun desa jika akses tidak bagus," sebutnya.
Kadarusman pun berharap, kedepannya pemerintah bisa lebih memperhatikan terkait kondisi warga yang masih terdampak bencana di Luwu.
"Kami berharap lebih diperhatikan lagi, khususnya pada infrastruktur jalanan dan jembatan supaya kami punya jalan bisa terbuka seperti kecamatan lain," tandasnya.
Sekadar diketahui, 12 Desa di Kabupaten Luwu pada awal Mei lalu ditimpa bencana banjir dan tanah longsor.
Beberapa Desa itu di antaranya Desa Pangi, Desa Tabang, Desa Rante Balla, Desa To’Baru, Desa To’Lajuk, Desa Bonepossi, Desa Kadundung, Desa Pajang, Desa Buntu Serek, Desa Lambanan, Desa Ulusalu, dan Desa Tibussan. (Muhsin/Fajar)