FAJAR.CO.ID -- Kedatangan jamaah calon haji Indonesia ke Arafah terjadi secara bergelombang sejak Jumat pagi.
Tiga bus dari Karawang dan Depok, Jawa Barat, tiba dengan membawa jamaah yang langsung disambut oleh petugas Masyariq setelah membuka segel pintu bus yang menjadi penanda telah dicek identitas untuk mencegah jamaah ilegal masuk.
"Jamaah langsung diarahkan untuk masuk ke dalam tenda agar tidak kepanasan," kata Kepala Sektor 9 Ad Hoc, Abrar Munanda, dikutip dari ANTARA.
Prosesnya tidak selalu mulus, beberapa tenda mengalami kelebihan kapasitas karena ada jamaah yang ingin satu grup dalam tenda atau tidak ingin terpisah dari rombongannya, meskipun daftar nama sudah ada di setiap tenda.
"Saat ini yang penting adalah masuk ke dalam tenda terlebih dahulu, data akan disesuaikan kemudian dengan tenda masing-masing," jelas Abrar.
Wajah bahagia terpancar dari jamaah calon haji yang tiba, mereka bersyukur kepada Allah atas kesempatan yang diberikan. "Senang sekali bisa sampai di sini. Seperti mimpi," ujar Ani Nurani, jamaah asal Depok, Jawa Barat.
Bagi Ani, Arafah adalah titik puncak haji yang dinanti-nantikannya, tidak mempermasalahkan ruang yang sempit di dalam tenda. "Biar sempit hati kami lapang. Tetap senang. Tamu Allah harus senang," katanya.
Pada Jumat, jamaah akan menginap di Arafah dan besoknya akan melaksanakan wukuf. Setelah Magrib, mereka akan bergeser ke Muzdalifah untuk mabit, lalu tengah malam ke Mina.
Dari 482 orang yang mengikuti safari wukuf, 182 di antaranya adalah calon haji yang sakit dan dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). Sisanya adalah jamaah lansia non-mandiri dan disabilitas yang akan mengikuti wukuf dari bus dan diwakilkan oleh petugas saat lontar jumrah.(*)