Perdagangan saham BSI bahkan berakhir di zona merah setelah pengumuman tersebut, menunjukkan bahwa bank plat merah tersebut mungkin harus menghadapi tantangan lebih lanjut untuk menjaga kondisi keuangannya tetap sehat.
Sementara itu, terkait dengan penurunan saham BSI, warganet di media sosial cenderung memberikan dukungan terhadap aksi yang dilakukan oleh Muhammadiyah.
Mereka menyoroti bahwa salah satu alasan di balik keputusan Muhammadiyah untuk menarik dana mereka adalah karena BSI kini terlibat dengan politisi.
"Janjinya BSI jdikan Komisarisnya dari Muhammadiyah. Ternyata Komisarisnya Politikus Gerindra Felicitas..Melihat BSI kemasukan unsur politik,Muhammadiyahpun pilih tarik duitnya di BSI..Gue sepakat,jgn sampai kemungkinannya tuh duit di maling.Bravo Muhammadiyah," tulis akun @Fatimah81819162.
Sementara itu, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan kondisi anjloknya saham BSI wajar terjadi, apalagi Muhammadiyah merupakan organisasi masyarakat terbesar di Indonesia.
Meski demikian, kata dia, tren negatif perdagangan saham dan sentimen terhadap BSI tak akan berlangsung lama.
Ibrahim menyebut penarikan dana itu juga dipolitisasi oleh beberapa kelompok yang kritis terhadap pemerintah.
“Karena dipolitisasi, sehingga gonjang-ganjing terhadap saham emiten BSI di bursa efek. Saya optimis penurunan saham di bursa efek ini bersifat sesaat,” kata Ibrahim dilansir dari Tempo, Rabu, 12 Juni 2024.
Seperti diketahui, PP Muhammadiyah resmi mengumumkan penarikan dana dari BSI pada Rabu, 5 Juni 2024. Pelemahan terus berlanjut hingga akhir pekan lalu, Jumat, 7 Juni 2024, sahamnya ditutup di Rp 2.180 per lembar. Padahal, pada awal pekan, BRIS mampu bertahan di zona hijau.