FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebut dua Wilayah Kerja (WK) produsen minyak terbesar, yaitu WK Rokan dan WK Cepu adalah tulang punggung produksi minyak nasional.
Keduanya saat ini sudah memasuki fase penurunan produksi secara alamiah. Oleh karena itu kendala di kedua WK tersebut akan berdampak signifikan terhadap produksi minyak nasional. Oleh karena itu, SKK Migas menaruh perhatian khusus terhadap perkembangan di dua WK ini
"Upaya masif program pengeboran yang dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) telah memberikan dampak positif terhadap produksi minyak nasional. Peningkatan program pengeboran sejak tahun 2021 berhasil menekan penurunan produksi minyak dari 5-7% menjadi 1,1-1,2% per tahun sejak 2022," jelas Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro melalui keterangannya dikutip Sabtu (15/6/2024).
Ia menyatakan SKK Migas bersama KKKS terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi minyak nasional.
Untuk strategi dan upaya jangka pendek, SKK Migas telah meningkatkan jumlah pengeboran sumur pengembangan, workover, dan well services di lapangan-lapangan yang sudah ada.
"Sedangkan untuk jangka menengah, percepatan temuan cadangan ke produksi serta percepatan realisasi proyek EOR menjadi fokus utama," jelasnya.
Lebih jauh Hudi menerangkan terkait alih kelola WK Rokan, operator sebelumnya berencana untuk tidak melakukan investasi program pengeboran, namun pihaknya terus mendorong mereka untuk melakukan investasi tersebut, hingga pada akhir-akhir masa transisi berhasil dilakukan investasi program pengeboran yang kemudian dilanjutkan oleh operator yang baru.