Pemberian Obat Tuberkulosis Anak Harus pada Perut Kosong untuk Efektivitas Optimal

  • Bagikan
Ilustrasi anak batuk dan bersin (ANTARA/Pexels/Gustavo Fring)

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Dr. Wahyuni Indawati, Sp.A(K), seorang dokter spesialis respirologi anak konsultan dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, menekankan pentingnya pemberian obat tuberkulosis (TBC) pada anak dalam kondisi perut kosong untuk memastikan penyerapan obat yang optimal.

“Pemberian obat tuberkulosis perlu kondisi khusus misal pada perut kosong agar obat mudah diserap, jadi efek lebih baik, jadi orang tua biasanya diberi nasihat beri obat pada anak pagi hari pada saat bangun tidur langsung kasih obat,” ujar Dr. Wahyuni dalam diskusi daring tentang TBC pada anak yang berlangsung di Jakarta, Kamis, dikutip dari ANTARA.

Dia menjelaskan bahwa pemberian obat pada waktu yang sama setiap hari penting agar anak tidak lupa atau melewatkan dosis obat, serta untuk membentuk kebiasaan. Setelah minum obat saat bangun tidur, anak dianjurkan untuk makan atau minum susu setelah jeda satu jam.

Selain itu, Dr. Wahyuni menegaskan pentingnya keteraturan dalam pemberian obat. Pengobatan TBC yang terputus dapat menyebabkan perlunya mengulang pengobatan dari awal, yang berpotensi memperpanjang masa pengobatan.

Durasi pemberian obat TBC tergantung pada tingkat keparahan gejala yang dialami anak. Pada fase awal atau tahap intensif, anak harus minum obat selama dua bulan pertama, kemudian dilanjutkan dengan fase berikutnya selama empat bulan, sehingga total masa pengobatan adalah enam bulan untuk kasus TBC paru biasa. Untuk kasus TBC berat yang sudah menjalar ke organ lain seperti otak, susunan saraf, dan tulang, pengobatan harus dilakukan selama 12 bulan.


“Kalau pada fase awal putus berobat selama 2 minggu maka harus mulai dari awal, kalau pada fase lanjutan lebih longgar kalau putus berobatnya lebih dari satu bulan baru dinyatakan berobat ulang, tergantung juga kondisi anak apakah membaik atau tidak,” jelas Dr. Wahyuni.

Dr. Wahyuni juga menjelaskan bahwa sistem kekebalan tubuh anak yang lemah mengharuskan pengobatan yang lebih intensif dan teratur. Pada anak yang imunnya belum kuat, kuman TBC dapat menyebar dari paru ke seluruh tubuh dan menyerang organ-organ yang kaya oksigen seperti ginjal, tulang, otak, mata, hingga kelenjar kulit.

TBC bukan penyakit keturunan, sehingga pencegahan penularannya diperlukan melalui deteksi dini jika ada anggota keluarga yang terdiagnosis TBC aktif, menghindari kontak dengan penderita TBC, serta melakukan imunisasi BCG untuk mencegah penularan TBC.

“Jangan lupa juga imunisasi BCG untuk mencegah TBC, perlu waspada apakah sekelilingnya ada yang TBC, jangan ragu skrining anggota keluarga agar dapat ditindaklanjuti sesuai kondisi,” tambahnya. (*)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan