FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyoroti krisis kemanusiaan yang mengkhawatirkan di Afghanistan pada Jumat (21/6). Lebih dari 50 persen penduduk negara tersebut, sekitar 23,7 juta orang, memerlukan bantuan kemanusiaan tahun ini, menjadikannya jumlah tertinggi ketiga di dunia.
"Kebutuhan kemanusiaan di Afghanistan masih sangat tinggi," kata Lisa Doughten, Kepala Kantor PBB untuk Koordinasi Bidang Kemanusiaan Divisi Pembiayaan Kemanusiaan dan Mobilisasi Sumber Daya, dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang Afghanistan.
Doughten menyoroti dampak kemiskinan, kerawanan pangan, dan perubahan iklim, dengan menyebutkan bahwa satu dari empat warga Afghanistan tidak yakin dari mana makanan mereka akan diperoleh selanjutnya. Hampir tiga juta anak mengalami kelaparan tingkat akut.
Doughten juga mencatat dampak perubahan iklim yang semakin buruk, dengan kejadian cuaca ekstrem dan kekeringan tahunan diperkirakan akan menjadi hal biasa pada tahun 2030.
"Upaya telah dilakukan untuk membentuk program aksi antisipatif, namun program ini perlu memiliki staf dan dana yang cukup agar bisa membuahkan hasil," ujarnya, dikutip dari Anadolu.
Perempuan dan anak perempuan sangat terkena dampak pemerintahan Taliban, terutama larangan pendidikan anak perempuan yang mendorong peningkatan pernikahan anak dan kelahiran dini. Laporan percobaan bunuh diri di kalangan perempuan dan anak perempuan juga meningkat.
Meski terdapat tantangan, sebanyak 9,9 juta orang menerima bantuan dari Januari hingga Maret 2024, namun hanya 21 persen dari total 3 miliar dolar yang dibutuhkan untuk tahun 2024 telah didanai. Doughten menekankan perlunya bantuan berkelanjutan untuk mendukung solusi jangka panjang, membantu masyarakat Afghanistan keluar dari kemiskinan, dan bertahan dari perubahan iklim.