FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Hacker yang mengaku bertanggung jawab pada serangan ransomware Pusat Data Nasional meminta tebusan. Jumlahnya tak main-main, yakni 8 juta USD atau sekitar Rp131 miliar.
Hal tersebut ditanggapi Tokoh Nahdatul Ulama, Noval Assegaf, ia mengatakan hal tersebut biang dari orang yang tak kompeten menangani hal penting.
“Begini akibatnya jika menangani data penting tidak profesional,” ungkapnya dikutip fajar.co.id dari unggahannya di X, Selasa (25/6/2024).
Adapun kabar Pusat Data Nasional diserang ransonware telah dikonfirmasi oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Pusat Data Nasional hingga saat ini masih gangguan sehingga menyebabkan layanan publik terganggu.
Serangan siber terhadap PDN ini pertama kali terdeteksi pada Kamis (20/6), yang mengakibatkan gangguan pada beberapa layanan publik. Salah satu sektor yang terkena dampak signifikan adalah layanan keimigrasian.
BSSN bahkan mengakui peretas meminta sejumlah uang tebusan. Jumlahnya tak main-main, yakni 8 juta Dolar Amerika Serikat.
Jumlah itu setara Rp131 miliar. Meski begitu, pemerintah menegaskan tak akan melakukan penebusan.
"Menurut tim (meminta) 8 juta dolar AS," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie dikutip dari Antara, Senin (24/6/2024).
Budi Arie mengatakan bahwa serangan tersebut menggunakan virus ransomware jenis baru yang dikenal sebagai Lockbit 3.0.
(Arya/Fajar)