Mesir Bantah Kabar Kesepakatan dengan AS Terkait Daftar Pasien dan Pelajar Palestina yang Akan Tinggalkan Gaza

  • Bagikan
Orang-orang mengambil bagian dalam unjuk rasa yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza dan pembebasan sandera, di Tel Aviv, Israel (18/5/2024). ANTARA/Xinhua/Chen Junqing/aa.
Orang-orang mengambil bagian dalam unjuk rasa yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza dan pembebasan sandera, di Tel Aviv, Israel (18/5/2024). ANTARA/Xinhua/Chen Junqing/aa.

FAJAR.CO.ID - Mesir menolak laporan yang menyebutkan adanya kesepakatan dengan Amerika Serikat untuk menyiapkan daftar pasien dan pelajar Palestina yang akan meninggalkan Jalur Gaza di tengah serangan mematikan Israel di wilayah tersebut.

Isu ini mencuat dari laporan di media sosial yang menyatakan adanya pembicaraan telepon antara Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry dan Menlu AS Antony Blinken mengenai pendaftaran pasien dan pelajar yang ingin meninggalkan Gaza.

"Laporan ini tidak berdasar," tegas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Mesir, Ahmed Abou Zeid, dalam sebuah pernyataan pada Senin (24/6), dikutip ANTARA dari Anadolu.

Ia juga memastikan tidak ada pembicaraan telepon antara kedua diplomat senior tersebut. "Tidak benar ada kesepakatan semacam ini," tambah Ahmed.

Bulan lalu, tentara Israel merebut wilayah Palestina di perbatasan Rafah dengan Mesir, yang merupakan satu-satunya akses warga Gaza ke dunia luar. Sejak saat itu, perbatasan ditutup, memperburuk kondisi kemanusiaan yang sudah sulit di wilayah Palestina.

Pada Senin pagi, saluran berita Al-Qahera News milik pemerintah Mesir, mengutip sumber senior Mesir, kembali menegaskan penolakan Mesir untuk mengelola perlintasan Rafah dengan koordinasi Israel.

Sementara itu, pembicaraan tidak langsung antara Israel dan Hamas yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan AS untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata permanen di Gaza, menemui jalan buntu. Israel, yang mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan 7 Oktober tahun lalu oleh Hamas.

Lebih dari 37.600 warga Palestina tewas dan hampir 86.100 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat. Selama delapan bulan perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza terbengkalai di tengah keterbatasan persediaan makanan, air bersih, dan obat-obatan. (*)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan