Oleh: Fajlurrahman Jurdi
(Dosen Fakultas Hukum Univesitas Hasanuddin)
Syamsul Bachrie, guru besar Fakultas Hukum Unhas, adalah lelaki bersahaja, bawaannya tenang, merangkul semua orang, dan kelembutan hatinya, membuat mahasiswa banyak yang terkesan. Lelaki dengan usia senja, yang menapaki karir dosen sejak masih muda, telah melahirkan banyak sarjana. Di bawah asuhannya, selalu kesan baik yang ditinggalkan.
Lelaki ini, tak pernah terlihat marah, selalu memanggil dengan suara lembut. Sifatnya ini melekat bersama setiap mahasiswa yang dibimbingnya. Setelah di yudisium, biasanya, Prof Syamsul akan mengirimkan pesan lagi secara personal, “langsung lanjut nak, potensi mu sangat baik, kamu harus sekolah terus”. Atau kalimat serupa yang ia kirim secara personal kepada mahaswa yang ia bimbing.
Saya adalah salah satu anak asuhnya, dengan segenap hati, beliau tak pernah sama sekali suaranya tinggi, nadanya selalu rendah, sikapnya bersahaja dan caranya yang selalu berkesan. Beliau selalu memulai dengan kata pembuka “mohon maaf”. Jika mengirim pesan via WA Masengger, kalimatnya dibuka dengan “mohon maaf”. Caranya ini membekas pada hati setiap orang, dan ia memang seorang guru. Merendah, mengayomi, menjaga kalimat dan ucapannya, serta berhati-hati sekali dalam melontarkan kalimat. Prof Syamsul selalu memuji, tak pernah merendahkan, dan pujian itu menunjukan ia adalah seorang guru. Guru yang baik, bijaksana dan tenang.
Hari ini, lelaki bersahaja itu akan memasuki usia pensiun, usia purna bhakti, suatu usia yang panjang. Perjalanan yang tidak mudah, dengan waktu yang lama, diatas semua ujian dan tempaan, lelaki kelahiran Sinjai 20 April 1954 ini akan mengakhiri pengabdiannya sebagai abdi negara dengan rekam jejak yang ‘sempurna’. Pencerahan, penyadaran dan pemahaman telah ia trasnformasi puluhan tahun, dan para muridnya telah menyebar di seluruh pelosok negeri.