Demo Mahasiswa UNM; Itu Kampus, Bukan Toko Baju

  • Bagikan
Mahasiswa UNM menggelar aksi demonstrasi di Jalan AP Pettarani (Foto: Muhsin/fajar)

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Satu ruas Jalan AP Pettarani, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar mengalami kemacetan yang cukup parah, pada Kamis (11/7/2024) sekitar pukul 16.05 Wita.

Pantauan fajar.co.id di lokasi, kemacetan itu terjadi akibat aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM). Nampak pada spanduk yang dibawa massa aksi tertulis, "UNM itu kampus, bukan toko baju".

Tulisan tersebut menyinggung kebijakan kampus yang sebelumnya mewajibkan Mahasiwa Baru (Maba) untuk membeli almamater, agar bisa mendapatkan nomor induk mahasiswa (NIM).

Menurut informasi yang didapatkan, aksi demonstrasi ini merupakan buntut dari keresahan mahasiswa terkait kebijakan kampus. Terlebih, beberapa hari lalu, viral video yang memperlihatkan oknum dosen mempertontonkan sikap arogansi dengan mendorong mahasiswanya.

Presiden Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Faisal Akbar yang ditemui di lokasi aksi mengatakan, aksi tersebut dalam rangka menuntut kejelasan terkait kebijakan kampus.

"Kami menuntut problematika yang ada di UNM, ada enam isu, salah-satunya SK peninjauan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang sampai hari ini belum juga terbit dan masalah iuran Pengembangan Institusi (IPI) Kedokteran," ujar Faisal.

Selanjutnya, Faisal juga menyoroti terkait kebebasan berekspresi mahasiswa di UNM. Dan, tidak kalah penting, problematika almamater dan UKT jalur mandiri. "Ini sedikit berbeda, isunya sama tapi tidak ada hubungan dengan yang kemarin, jadi hari ini kami dengan teman aliansi itu berbeda," tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, mahasiswa yang didorong oknum Dosen bernama Dirga mengatakan bahwa dirinya saat itu hendak menyampaikan sejumlah persoalan di UNM ke rektor secara langsung.

Hingga kini, video yang aksi oknum dosen mendorong Dirga itu menjadi viral dan terus menjadi bahan pembicaraan publik. “Soal kewajiban beli almamater, SK peninjauan UKT, kewajiban kursus mahir dasar (KMD) pramuka di PGSD UNM, iuran pengembangan Institusi, dan Website mahasiswa baru yang sempat error, itu yang kami mau sampaikan secara baik-baik,” ujar Dirga saat dihubungi awak media.

Menurutnya, tidak sedikit mahasiswa baru yang tidak mampu untuk membeli almamater. Sementara, dalam kebijakan kampus mewajibkan mahasiwa baru membeli agar mendapatkan Nomor Induk Mahasiswa.

“Jadi instruksi ada kewajiban memiliki almamater, kedua akun UNM yang menginformasikan pendaftaran ulang mahasiswa baru di akun itu menyampaikan bahwa untuk registrasi NIM ada beberapa syarat yang harus dipenuhi," ucapnya.

Tambahnya, salah satunm syarat tersebut mencantumkan kuitansi pembelian almamater. "Itu yang membuat semua mahasiswa baru wajib membeli,” bebernya.

Saat itu, Dirga di depan pimpinan kampus hendak menyampaikan dan memberikan berkas terkait persoalan yang ada di kampus. Hanya saja, ia justru dituduh sebagai calo dan memprovokasi mahasiswa agar tidak membeli almamater.

“Tiba-tiba saya dan teman terkhusus saya dituduh sebagai calo, bukan mahasiswa UNM, makanya di video itu saya dimintai kartu tanda mahasiswa, jadi saya perlihatkan. Saya memang mahasiswa UNM,” tukasnya.

Diungkapkan Dirga, dirinya sempat berdialog bersama rektor dan membawa mahasiswa baru yang tidak mampu membeli almamater.

“Lalu teman-teman membawa korban yang memang tidak mampu membeli almamater, jadi rektor minta mana korbannya, lalu bergeserlah kami ke dekat tangga yang ada korban Jadi sambil didorong saya disuruh pisah oleh teman-teman, disuruh pulang karena dianggap provokator segalanya macam,” tandasnya. (muhsin/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan