Dialog antar Agama dan Gerakan Zionisme

  • Bagikan
Imam Shamsi Ali

Oleh: Shamsi Ali Al-Kajangi*

Ketika saya mendarat pertama kali di Amerika, saya tidak mengenal dan tidak paham tentang apa itu interfaith dialogue atau dialog antar (pemeluk) agama. Hanya secara alami menjadi tuntutan dakwah, di mana realita sebagai kami sebagai minoritas, S mengharuskan adanya aktifitas-aktifitas “outreach” atau pendekatan keluar dengan tetangga-tetangga. Saat itu umumnya kepada komunitas Kristiani di sekitaran Masjid.

Namun peristiwa 9/11 di tahun 2001 menjadikan segalanya berubah. Upaya pendekatan keluar dengan tetangga-tetangga tidak lagi hal biasa dan bersifat alami. Tapi menjadi luar biasa (extraordinary) dan memerlukan wawasan dan perencanaan yang inovatif. Islam dan umat saat itu dihadapkan kepada sebuah realita yang juga extraordinary (tidak biasa) dan cukup mengkhawatirkan.

Pada saat yang sama saya mulai tersadarkan akan makna “keragaman” masyarakat (diverse society) di Amerika. Di samping kiri dan kanan, depan belakang, dan dari semua penjuru ada tetangga-tetangga dengan afiliasi yang berbeda-beda. Karenanya kesadaran akan “the otherness” (tentang orang lain) semakin terbuka sekaligus menggugah cara pandang lama saya. Realita itu menyadarkan bahwa kehidupan ini bukan hanya milik kita dan tentang kita. Tapi ada orang lain (the others) dengan segala mindset dan karakternya. Salah satunya adalah tentang agama dan keyakinan mereka sendiri.

Hal di atas semakin mendorong saya untuk “revisiting” (kembali mendalami) berbagai ayat Al-Quran maupun hadits-hadits yang terkait dengan “the other” (orang lain), khususnya dua Komunitas agama yang mengaku sebagai pelanjut keimanan Ibrahim (Abrahamic faith); Yahudi dan Kristen. Saya menemukan begitu banyak ayat maupun hadits, bahkan sejarah panjang interaksi Umat dengan mereka. Interaksi panjang itu sejak zaman Rasulullah, Khulafa Rasyidun, hingga ke zaman ekspansi Islam ke dunia Barat khususnya. Sejarah Islam di Madinah tidak dapat dilepaskan dengan interaksi Rasulullah dengan komunitas Yahudi secara dominan. Dan sejarah Islam di Spanyol tidak bisa dilepaskan dari interaksi umat dengan komunitas Kristen secara dominan.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan