Lebih lanjut kata Prof. Sukri, jika melihat konstalasi para elit Partai Politik, masih terlihat berhati-hati dalam menentukan sikap.
"Misalnya Irwan Aras, dari Gerinda, NasDem yang sejak awal menyebutkan nama pasangan meskipun belum ada rekomendasi, terus ada juga Danny Pomanto yang sangat optimis mendapatkan dukungan sama kandidat kandidat lain yang masih terus jalan seperti IAS dan lain," tukasnya.
"Jadi kondisi ini masih menunggu, masih sangat cair. Sekalipun ada upaya mendorong satu kandidat mungkin saja karena tentunya ada hitung-hitungannya," sambung dia.
Bagi Prof. Sukri, jika nantinya terjadi kotak kosong, bukan sebuah masalah ketika kandidat yang ada betul-betul mewakili kepentingan orang banyak.
"Yang dikhawatirkan kalau partai politik hanya mengarahkan dukungan kepada satu kandidat saja tapi didorong oleh semangat lain, misalnya membatasi peluang kandidat lain atau didorong oleh kekuatan modal besar untuk kandidat tertentu, meskipun ada kandidat yang sebenarnya juga pantas untuk di dorong bersaing," imbuhnya.
Blak-blakan, Prof. Sukri menuturkan, hal tersebut bisa menganggu semangat demokrasi yang mengarah kepada kepentingan rakyat.
"Karena alasan berdemokrasi kan sebenarnya alasan apa yang kemudian menjadi penggerak dari tindakan politik yang dilakukan," terangnya.
Prof. Sukri bilang, dengan melihat kondisi di Sulsel saat ini, terdapat banyak figur yang memiliki kemampuan dan kapasitas untuk menjadi pemimpin Sulsel.
Melihat di antara mereka juga ada beberapa yang menjadi primadona di mata rakyat, Prof. Sukri menyebut bahwa hak-hak tersebut dipangkas hanya dikarenakan kepentingan tertentu.