Runtuhnya Kuasa ‘Modal ala Bordieu’ di Pemilu 2024 

  • Bagikan

Oleh: Naylawati Bachtiar*

Pesta politik selalu menghadirkan kejutan, dimana banyak kandidat yang awalnya diunggulkan, namun justru berakhir gagal. Banyak petahana yang pada prinsipnya punya berbagai sumber daya, namun tumbang oleh pendatang baru. Memang, kekuasaan punya caranya sendiri untuk menyeleksi siapa yang akan berkuasa. Kejutan ini tentu sulit di prediksi, namun dapat di proyeksi setidaknya beberapa pemikir maupun peneliti telah bergelut memecahkan fenomena ini.

Sumber daya kekuasaan setidaknya bisa diidentifikasi dan dikelola dengan menggunakan berbagai pendekatan, seperti pendekatan strategi kekuasaan oleh Bourdieu (1986) yang mengidentifikasi konsep habitus, modal dan arena. Di mana modal disebut sebagai sumber daya kekuasaan yang meliputi modal ekonomi, modal sosial, modal kultural dan modal simbolik. Pendekatan lain terkait sumber daya kekuasaan juga dikemukakan oleh Foucault (1988) yang menyebutkan bahwa pengetahuan menjadi salah satu sumber daya dalam sebuah kekuasaan.

Bourdieu (1986) selanjutnya menjelaskan bahwa pada dasarnya kekuasaan diraih dan dijalankan dengan kepemilikan atas berbagai sumber daya yang disebut sebagai modal (kapital), dimana hal tersebut perlu di optimalkan dalam ruang yang disebut arena perjuangan. Adapun modal (kapital) yang dimaksud dapat berupa modal sosial, modal ekonomi, modal budaya/kultural, dan modal simbolik . Modal ini yang kemudian dapat ditukar dan memunculkan kekuasaan simbolik. Sehingga, semakin besar kepemililikan terhadap modal (kapital) maka akan semakin besar pula peluang untuk mendapatkan kekuasaan. Sehingga, penguasaan dan pengoptimalan modal dan habitus akan membawa kemenangan dalam pertarungan sosial dalam arena.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan