Cara pandang ini tentunya juga akan muncul dalam pendekatan memahami bahasa Mandar. Kandidat bukan Putra Daerah Polman tentu akan cenderung mengabaikan upaya untuk melestarikan dan menjaga bahasa Mandar. Karena dirinya sendiri tidak bisa dan tidak mau menggunakan bahasa Mandar.
Sebaliknya, Putra Daerah tentu akan sangat memikirkan bahasa Mandar. Baginya, Polewali Mandar dan Bahasa Mandar adalah suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Membangun Polman tentu membangun masyarakatnya, termasuk juga membangun bahasa keseharian yang menghidupkan semua aktivitas sosial.
Jika sudah demikian, masihkah kita perlu mengimpor calon pemimpin Polman dari daerah lain yang jauh dari sini dan tak menguasai masalah. Bukankah esensi Pelaksanaan Pilkada adalah memberikan kesempatan bagi Rakyat untuk memilih Pemimpinnya sendiri yang menguasai persoalan rakyat dan memahami cara mengatasinya?. (*)