FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Lembaga survei nasional Indikator merilis hasil survei terbaru periode 11-19 Juli 2024 untuk Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulawesi Selatan (Sulsel).
Hasilnya, lembaga konsultan dan riset politik nasional yang dipimpin Prof. Burhanuddin Muhtadi ini mendudukkan bakal calon gubernur Andi Sudirman Sulaiman jauh unggul di atas dibanding kandidat lain.
Bahkan jika pasangan Andi Sudirman - Fatmawati Rusdi melawan kotak kosong sekalipun, hasilnya tidak jauh berbeda.
Dalam simulasi dua pasang antara Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati dengan kotak kosong, diperoleh angka pasangan Andi Sudirman-Fatmawati 62,1 persen.
Sementara Kotak Kosong kecil hanya 3,8 persen, sedangkan yang tidak menjawab/tidak tahu sebanyak 34,1 persen.
"Jadi dalam survei ini terpetakan bahwa bila maju sebagai paslon melawan kotak kosong, Andi Sudirman justru semakin melejit dalam perolehan suara", demikian yang dilaporkan Indikator, dilansir pada Sabtu (27/7/2024).
Hal ini, menurut temuan Indikator, karena kantong suara masyarakat yang selama ini masih tidak menjawab atau tidak tahu akan menjatuhkan pilihannya ke paslon Andi Sudirman-Fatmawati.
Demikian pula suara yang masih goyah (swingvoters) akan beralih ke paslon Andi Sudirman-Fatmawati.
Survei ini merupakan populasi seluruh warga negara Indonesia di Provinsi Sulawesi Selatan yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Penarikan sampel survei menggunakan metode multistage random sampling. Dalam survei ini jumlah sampel basis sebanyak 800 orang berasal dari seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan yang terdistribusi secara proporsional. Kemudian dilakukan oversample di Kabupaten Bone menjadi 400 responden. Sehingga total sample sebanyak 1130 responden.
Metode yang digunakan adalah metode stratified random sampling, yang memiliki toleransi kesalahan (margin of error--MoE) sekitar ±3.5% pada tingkat kepercayaan 95 persen.
"Sedang quality control terhadap hasil wawancara, dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti,” demikian yang dilaporan Indikator
Jika benar kotak kosong terealisasi di Pilgub Sulsel 2024, banyak kemudian yang berpendapat jika nasibnya bakal sama dengan Pilwakot Makassar 2018.
Di mana kala itu satu-satunya Paslon yang bertarung di arena dinyatakan kalah dengan kotak kosong.

Pengamat Politik Sulawesi Selatan (Sulsel), Adri Nugraha Pratama menganalisa jika benar kotak kosong yang terealisasi, maka nasibnya akhirnya bakal beda. Menurutnya kotak kosong Pilwalkot Makassar 2018 tidak murni sejak awal.
"Tidak Apple to Apple, Pilwalkot Makassar 2018 tidak murni kotak kosong, ada dua Paslon, bukan dari awal kotak kosong, 2018 jaringan rivalnya (Munafri Arifuddin) Appi terbentuk infrastruktur tim, di perjalanan tetap mesin ini jalan.,"katanya.
Jika kotak kosong terjadi di Pilgub 2024 ini, dia menyebut jika peluang kandidat yang melawan kotak kosong sangat besar. Setidaknya ada tiga faktor yang mempengaruhi hal itu.
Pertama ketersediaan logistik, kalau mau ditakar kandidat untuk maju sangat mumpuni. Apalagi kalau ada investor. Artinya modal kandidat sudah cukup.
Pilar kedua infrastruktur tim pemenangan dari dua figur ini sangat mumpuni, ada orang besar di belakangnya. Salah satu king maker yang berada di belakang Sudirman-Fatma.
Calon wakil (Fatmawati Rusdi) partainya pemenang di Provinsi, mesin partai bagus. Orangnya siap bekerja bahkan biaya sendiri," terangnya.
"Ketiga manajemen strategi saya kira untuk bertarung melawan kotak kosong, dibandingkan kandidat calon strategi ini lebih mudah lawan kotak kosong," tambahnya.
Lebih lanjut, Direktur Utama Parameter Survei Indonesia itu menuturkan pada idealnya kotak kosong memang diperbolehkan dan sah dengan merujuk pada undang-undang Nomor 10 tahun 2016 untuk pemilihan kepala daerah (Pilkada).
Ketika hanya ada satu pasangan bakal calon yang maju maka tetap dilakukan pemungutan suara dengan melawan kotak kosong dan diperbolehkan secara konstitusional namun kata dia adanya fenomena itu justru menjadi sebuah anomali.
Wacana kotak kosong menguat jelang Pilgub Sulsel. Paslon Sudirman-Fatma disebut memborong partai. Itu dipertegas ketika Gerindra disebut memutuskan mengusung adik Menteri Pertanian tersebut. Setelah sebelumnya berhasil mengamankan rekomendasi Demokrat.
Keputusan Gerindra yang menguat mengusung Sudirman-Fatma disebut bakal diikuti koalisi Indonesia maju (KIM) sebut saja PAN dan Golkar.
Salah satu bakal calon Gubernur yang paling mendekati arena Pilgub adalah Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto yang telah mengamankan PDIP 6 kursi dan PPP 8 kursi.
PKS hampir pasti juga bakal mendukung Sudirman-Fatma yang diketahui mempunyai kedekatan dengan orang Haji Islam yang mempunya hubungan keluarga dengan Sudirman.
Otomatis sisa PKB yang belum menentukan sikap. Jika memutuskan ke paket Sudirman-Fatma, maka pentas Pilgub Sulsel dipastikan hanya diikuti satu Paslon. (Ikbal/fajar)