FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Haris Rusly Moti, komandan relawan TKN Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024, melontarkan tudingan keras terkait isu yang sedang berkembang di dunia maya. Ia menuding adanya upaya adu domba yang bertujuan memecah belah hubungan antara presiden terpilih Prabowo Subianto dengan Presiden Joko Widodo dan wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka.
Salah satu contoh yang diangkat Haris adalah munculnya akun Kaskus "Fufufafa", yang sering kali menghina Prabowo melalui berbagai unggahannya. Haris menilai akun tersebut sengaja diviralkan dengan maksud merenggangkan hubungan erat antara Prabowo, Jokowi, dan Gibran.
"Akun Fufufafa ini sengaja dipopulerkan untuk menciptakan kesan bahwa ada konflik internal di antara mereka. Tujuan utamanya jelas, memecah konsolidasi kuat pemerintahan Prabowo-Gibran," ujar Haris kepada wartawan pada Jumat, 13 September 2024.
Isu Fufufafa pertama kali muncul di platform Kaskus, di mana akun ini secara konsisten mengkritik dan bahkan menghina Prabowo. Akun tersebut mulai mendapat perhatian publik setelah beberapa postingannya menjadi viral, memicu perdebatan di berbagai media sosial. Postingan yang menyudutkan Prabowo inilah yang kemudian dianggap sebagai upaya untuk merusak hubungan baik antara Prabowo dengan Jokowi dan Gibran.
Menurut Haris, akun-akun seperti Fufufafa ini adalah bagian dari strategi pihak tertentu untuk menciptakan persepsi negatif terkait pemerintahan baru. Ia juga mengungkapkan bahwa akun ini mendapatkan banyak perhatian dari kelompok tertentu yang mungkin tidak menginginkan terciptanya stabilitas politik di bawah pemerintahan baru.
Selain akun Fufufafa, Haris juga menyinggung isu yang berkembang mengenai "matahari kembar" dalam pemerintahan Prabowo-Gibran. Istilah ini muncul sebagai gambaran bahwa pemerintahan baru akan dipimpin oleh dua figur yang dianggap kuat, yakni Prabowo dan Gibran. Isu ini, menurut Haris, tidak lebih dari upaya melemahkan konsolidasi di awal pemerintahan.
"Isu matahari kembar ini sangat tidak berdasar. Indonesia menganut sistem presidensial, di mana presiden memegang kendali penuh atas pemerintahan. Persepsi adanya dua pemimpin yang kuat dalam satu pemerintahan adalah narasi yang dibuat-buat untuk menimbulkan kebingungan di masyarakat," tambah Haris.
Menanggapi berbagai rumor yang berkembang, Haris menegaskan bahwa baik Prabowo maupun Gibran tidak terpengaruh dengan isu-isu tersebut. Ia menyatakan bahwa kedua tokoh ini memiliki sikap yang bijaksana dan tidak mudah diadu domba oleh pihak-pihak yang mencoba merusak hubungan mereka.
"Pak Prabowo dan Mas Gibran hanya melihat rumor ini sebagai hiburan semata. Mereka tidak terlalu memikirkan hal-hal seperti ini karena sudah fokus pada pembentukan pemerintahan yang solid dan efektif," jelas Haris.
Ia juga optimistis bahwa upaya adu domba ini tidak akan berhasil dan pada akhirnya akan berakhir dengan kegagalan. (zak/fajar)