FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Caleg DPR RI terpilih, Tia Rahmania, yang memperoleh dukungan 37.359 suara rakyat dipecat oleh partainya, PDI Perjuangan.
Tia Rahmania dipecat usai mengkritik Wakil Ketua KPK, Nurul Ghufron, yang diketahui telah dijatuhi sanksi akibat pelanggaran etik.
Keputusan pemecatan ini sontak memicu reaksi keras dari berbagai pihak, mempertanyakan nasib idealisme dalam politik Indonesia termasuk pegiat media sosial King Purwa @BosPurwa.
Kritikan yang dilontarkan Tia Rahmania terhadap Wakil Ketua KPK tersebut dianggap sebagai tindakan berani, mengingat Nurul Ghufron telah menjadi sorotan atas sejumlah kebijakan yang dinilai kurang sesuai dengan semangat pemberantasan korupsi. Namun, alih-alih mendapat dukungan, langkah Tia justru berujung pada pemecatannya dari partai.
Sosok Tia Rahmania dikenal sebagai figur yang konsisten memperjuangkan integritas dan idealisme dalam politik. Namun, kenyataannya, idealisme yang diperjuangkannya tampaknya tidak mendapatkan tempat dalam realitas politik saat ini. Pengamat politik menilai bahwa kasus ini kembali menyoroti minimnya ruang bagi politikus idealis di tengah pusaran pragmatisme dan kepentingan elit partai.
Akun bercentang biru ini menggarisbawahi kekecewaan banyak pihak terhadap dinamika politik nasional yang dinilai semakin jauh dari cita-cita reformasi dan demokrasi. Idealisme, menurutnya, kini menjadi barang langka di negeri ini. Pemecatan Tia Rahmania seakan menjadi simbol bahwa mempertahankan prinsip justru menjadi ancaman bagi karier politik seseorang.
"Kapan Warasnya Negara Ini? Caleg DPR RI terpilih, Tia Rahmania yang mewakili 37.359 suara rakyat dipecat @PDI_Perjuangan gegara protes sama wakil Ketua KPK Nurul Gufron yang bermasalah? Wow!," ujarnya, Kamis (26/9/2024).
King Purwa mempertanyakan apakah idealisme benar-benar tidak lagi memiliki tempat dalam politik Indonesia? Kasus Tia Rahmania ini bisa menjadi batu uji bagi partai-partai politik untuk menunjukkan komitmen mereka pada demokrasi yang sehat dan terbuka bagi kritik.
"Barang langka dan istiwewa benama idealisme, sungguh tidak ada tempat di negeri ini!,"tegasnya.
Tia Rahmania, yang sebelumnya dijagokan sebagai salah satu tokoh muda potensial, kini menghadapi pertanyaan besar tentang masa depannya di panggung politik Indonesia.
Sementara itu, Ketua DPP PDIP, Puan Maharani membantah Tia Rahmania dipecat dari partai berlambang banteng moncong putih itu lantaran mengkritik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron.
Puan menegaskan tak ada hubungan pemecatan Nia dengan kritikan yang dilayangkan Tia tersebut.
"Enggak ada hubungannya," kata Puan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (26/9/2024).
Imbas pemberhentian tersebut, Tia Rahmania gagal dilantik sebagai anggota DPR RI terpilih 2024-2029 berdasarkan surat keputusan KPU RI.
"Enggak ada hubungannya (dengan kritik Nurul Ghufron) karena memang acara yang di Lemhanas itu kan dilaksanakan itu sesudah surat itu kemudian dilayangkan kepada KPU. Jadi enggak ada hubungannya," ujar Ketua DPR RI itu.
Puan pun meminta tidak membenturkan antara partai politik dengan KPK.
Apalagi memunculkan isu negatif antar kedua institusi tersebut
"Ini jangan kemudian ada salah pengertian. Ini ada, sepertinya ada perbedaan atau ada ketidaksukaan antara partai politik dengan KPK. (Ikbal/Fajar)