FAJAR.CO.ID -- Israel telah memberi tahu Amerika Serikat bahwa saat ini mereka tengah melakukan "operasi terbatas" yang menargetkan Hizbullah di Lebanon, menurut pernyataan Departemen Luar Negeri AS pada Senin (30/9).
"Inilah yang mereka informasikan kepada kami bahwa mereka tengah melakukan operasi terbatas yang menargetkan infrastruktur Hizbullah di dekat perbatasan," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller kepada wartawan.
Namun, Miller menegaskan bahwa Israel bertanggung jawab untuk memberikan rincian lebih lanjut mengenai operasi militer tersebut.
"Saya akan membiarkan Israel berbicara tentang operasi militernya sendiri," ujarnya saat menanggapi pertanyaan tentang definisi "operasi terbatas". Miller menambahkan bahwa AS telah terlibat dalam pembicaraan dengan Israel terkait operasi ini.
Saat ditanya bagaimana AS mendefinisikan istilah "operasi terbatas," Miller menjelaskan bahwa itu merupakan definisi dari Israel, bukan dari AS, dan mengarahkan pertanyaan lebih lanjut kepada pejabat Israel.
Terkait dengan korban sipil dalam serangan Israel di Lebanon, Miller mengatakan bahwa Amerika Serikat "sama sekali" tidak menginginkan infrastruktur sipil menjadi sasaran, tetapi menegaskan bahwa target Hizbullah dianggap sah oleh Israel. "Kami mendukung serangan terhadap Hizbullah," ujar Miller, seraya memperingatkan bahwa tindakan tersebut dapat membawa risiko diplomatik dan berpotensi menimbulkan salah perhitungan atau konsekuensi yang tidak diinginkan.
Selain itu, Miller juga menyatakan kekhawatiran Washington terhadap dampak kemanusiaan dari operasi Israel di Lebanon, dengan memperingatkan bahwa situasi ini dapat mengganggu stabilitas kawasan.
Sejak 23 September, Israel telah melancarkan serangan udara yang signifikan terhadap target Hizbullah di berbagai wilayah Lebanon. Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, lebih dari 960 orang tewas dan 2.770 lainnya terluka dalam serangan tersebut. Sejumlah pemimpin Hizbullah, termasuk Hassan Nasrallah, juga dilaporkan tewas.
Konflik antara Hizbullah dan Israel semakin intensif sejak pecahnya perang Israel di Gaza, yang telah menyebabkan hampir 41.600 orang tewas, sebagian besar di antaranya perempuan dan anak-anak, menyusul serangan lintas perbatasan oleh kelompok Palestina Hamas pada Oktober 2023.
Masyarakat internasional telah memperingatkan bahwa serangan Israel di Lebanon berpotensi meningkatkan eskalasi konflik di Gaza dan dapat memicu perang regional yang lebih luas. (*)