Film Mengejar Restu siap memberikan warna baru bagi industri perfilman Tanah Air, dengan proses syuting yang telah dimulai sejak 1 Oktober 2024. Dipimpin oleh sutradara Dizzi Redi, film ini menampilkan Dhini Aminarti dan Dimas Seto, pasangan suami istri yang harus menjelma menjadi karakter berbeda di depan kamera, menggugah rasa penasaran penonton tentang perjalanan cinta yang penuh makna.
Film Mengejar Restu siap mewarnai industri perfilman Tanah Air. Jajaran pemain telah memulai proses syuting film garapan sutradara Dizzi Redi sejak Selasa (1/10). Dalam proyek ini, Dhini Aminarti dan Dimas Seto turut didapuk sebagai pemain.
Dhini mengungkapkan keseruan syuting bersama suami tercinta. Dalam proyek ini, dia harus mengemban tiga tanggung jawab sekaligus.
“Biasanya syuting sendiri, tapi di sini saya merangkap syuting, kerja, dan mengurus suami. Jadi, mudah-mudahan pahala juga berlipat-lipat,” ucap Dhini di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Dimas mengaku merasa kikuk saat beradu akting dengan istri. Menurutnya, mereka harus menjelma menjadi orang lain selama berada di depan kamera.
“Ketika kami bermain, kami bukan sebagai Dimas dan Dhini, jadi selalu terasa kikuk. Dan karakter yang kami mainkan belum tentu terkait dengan kehidupan nyata kami,” jelas Dimas.
Mengejar Restu merupakan debut film panjang Redi di industri hiburan Tanah Air. "Ini adalah film fitur pertama saya. Film ini tentang cinta yang luas, mencakup pasangan, keluarga, dan orang tua," beber Redi.
Film ini juga dibintangi oleh sederet aktor dan aktris ternama seperti Citra Kirana, Rezky Aditya, Arie Untung, dan Fenita Arie. Redi menceritakan bahwa tidak butuh waktu lama untuk menemukan aktor yang tepat untuk memerankan tokoh-tokoh dalam filmnya. Namun, yang sulit adalah menyatukan jadwal mereka.
“Casting pemain tidak memakan waktu lama, yang lama adalah mengatur jadwal mereka untuk membantu saya berkarya di film ini. Ada beberapa nama yang saya ajukan, dan para produser sangat mendukung,” tutur Redi.
Film Mengejar Restu mengangkat tema tentang harapan, persahabatan, dan pencarian takdir yang penuh makna. Cerita dimulai dengan Fais yang teringat tentang Ahmad, seorang anak berusia 11 tahun, yang mengunjungi Pesantren Tahfidz Al Qur’an Al-Mubarak bersama kakek dan neneknya. Kunjungan itu meninggalkan kesan mendalam bagi Fais, putra pemilik pesantren, yang teringat akan wasiat ayahnya untuk melanjutkan perjuangan pesantren.
Executive Producer Novandrian berharap film bergenre drama keluarga ini dapat memberikan kehangatan bagi penonton.
“Kami peduli dengan perkembangan industri film. Film sebagai media yang ditonton banyak orang harus menghibur sekaligus memberikan pelajaran positif tentang kehidupan bagi penonton,” harap Novandrian.