Untuk itu, lanjutnya, siapapun yang akan mengisi posisi Menteri Pertahanan Indonesia diharapkan mampu melakukan kerja Prabowo dengan maksimal, piawai dalam melakukan pengawasan anggaran sehingga program modernisasi alutsista berjalan dengan efektif dan efisien, serta mendorong perkembangan industri pertahanan dalam negeri melalui program offset dan ToT (transfer of technology).
“Di sisi lain, pembentukan angkatan siber juga menuntut adanya kompetensi dalam memahami perang pernika,” terang Tasha.
Nantinya, setelah sosok pengganti menhan resmi dilantik, beberapa pekerjaan rumah yang perlu dikejar adalah menjaga kesiapan pasukan di daerah rawan seperti di Papua dan Laut Natuna Utara agar semakin kondusif, serta memastikan bahwa proyek modernisasi yang belum tuntas dapat berjalan lancar baik dari segi pembiayaan kontrak, maupun proses pengerjaannya.
Tasha juga berharap kepada Menteri Pertahanan Indonesia yang baru dapat memperjuangkan peningkatan anggaran pertahanan TNI, meneruskan program modernisasi alutsista TNI, melakukan efisiensi terhadap anggaran dan meningkatkan kesejahteraan TNI dan veteran. (nhn)
Caption: Letjen (Purn) TNI Sjafrie Sjamsoeddin digadang-gadang menggantikan Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan Indonesia. Sementara Prabowo Subianto dijadwalkan akan dilantik sebagai Presiden ke-8 Indonesia pada Minggu (20/10) mendatang. (Pram/Fajar)