FAJAR.CO.ID -- Kematian pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, pada Kamis malam, diakui oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai bagian dari serangan yang mengancam akan memicu perang besar-besaran di Timur Tengah.
Josep Borrell, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, memperingatkan bahwa situasi ini "harus menjadi titik balik" dalam konflik yang telah berkepanjangan.
Dalam sebuah unggahan blog pada Jumat (18/10), Borrell menekankan bahwa kematian Sinwar datang pada saat siklus kekerasan baru melanda kawasan tersebut.
Ia menyerukan agar Uni Eropa segera mengimplementasikan lima langkah, termasuk penyediaan bantuan kemanusiaan untuk Gaza dan usaha menemukan solusi politik terhadap konflik ini.
"Hampir semua yang membuat suatu masyarakat berfungsi telah hancur menjadi puing-puing," ungkap Borrell, merujuk pada kondisi Jalur Gaza yang semakin parah, dengan kebutuhan dasar seperti makanan dan obat-obatan yang sangat terbatas.
Borrell mengecam tindakan Israel yang melanggar hak asasi manusia dengan menargetkan warga sipil dan menyerang pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon.
Ia mengingatkan bahwa "tidak ada aksi militer yang dapat membawa masa depan yang aman bagi rakyat di kawasan itu.
Menurutna, Israel harus menghentikan cara tidak proporsional dalam operasi militernya yang telah menyebabkan banyak korban jiwa di kalangan warga sipil.
Ia juga mendesak Israel untuk mundur dari wilayah Lebanon, menyusul serangan udara yang terus meningkat terhadap apa yang diklaim sebagai target-target Hizbullah. Sejak serangan Israel di Jalur Gaza, lebih dari 42.500 orang, termasuk banyak wanita dan anak-anak, dilaporkan tewas.