Alutsista lain yang juga dibidik untuk memperkuat TNI Angkatan Udara, di antaranya pesawat berkemampuan deteksi pesawat, kapal, dan objek-objek bergerak lainnya dalam jarak jauh, serta punya fungsi komando dan kendali (AWACS), pesawat pengisian bahan bakar (MRRT), dan drone tempur berbasis satelit sehingga mampu mendukung pertempuran udara jarak jauh (BVR).
Dari matra laut, selama 10 tahun pemerintahan Presiden Jokowi beberapa pembelian alutsista penting mencakup dua kapal selam Scorpene Evolved buatan Naval Group Prancis yang produksinya nanti bekerja sama dengan galangan kapal dalam negeri PT PAL di Surabaya, kemudian program modernisasi 41 kapal perang TNI AL yang dipimpin oleh PT PAL dan melibatkan galangan-galangan kapal dalam negeri, dan ada juga pembelian dua kapal patroli lepas pantai (PPA) yang dapat ditingkatkan fungsinya menjadi fregat buatan galangan kapal Italia Fincantieri, pembangunan dua Fregat Merah Putih di galangan PT PAL yang bekerja sama dengan Babcock Inggris, sistem evakuasi kapal selam (SRVS) SRV-F Mk.3 buatan Submarine Manufacturing & Products (SMP) Inggris, dan ada juga dua kapal selam kelas Chang Bogo KRI Ardadedali-404 dan KRI Alugoro-405, kemudian dua kapal pemburu ranjau (MCMV) buatan galangan kapal Jerman Abeking Rasmussen Shipyard yang keduanya diberi nama KRI Pulau Fani-731 dan KRI Pulau Fanildo-732, dua kapal berkemampuan hidro-oseanografi buatan OCEA Perancis KRI Rigel-933 dan KRI Spica-934.
Dalam pemenuhan alutsista laut selama 10 tahun terakhir, TNI AL juga diperkuat berbagai jenis kapal perang permukaan dan kapal tunda (tugboat) hasil produksi dalam negeri, di antaranya korvet KRI Bung Karno-369 yang dibangun oleh galangan PT Karimun Anugrah Sejati di Batam, dua kapal patroli lepas pantai (OPV) 90 meter buatan PT Daya Radar Utama di Lampung yang diberi nama KRI Lukas Rumkorem-392 dan KRI Raja Haji Fisabilillah-391, kemudian beberapa kapal patroli cepat 60 meter seperti KRI Dorang-874, KRI Bawal-875, KRI Marlin-877, KRI Tuna-876, KRI Hampala-880, KRI Lumba-Lumba-881, kapal patroli cepat 40 meter seperti KRI Cakalang-852, KRI Tahitu-853, KRI Layaran-854, KRI Madidihang-855, KRI Butana-878, KRI Selar-879, KRI Torani-860, KRI Gulamah-869, KRI Escolar-871, kemudian dua kapal patroli keamanan laut Patkamla Jefman iii-14-1 dan Patkamla Matan. TNI AL, dalam periode 10 tahun terakhir, juga diperkuat sejumlah kapal tunda buatan dalam negeri, yaitu kapal-kapal yang menggunakan nama gunung/puncak tertinggi seperti TD Irau, TD Umsini, TD Gunung Ranai, TD Galunggung, dan TD Malabar. Kemudian, ada juga kendaraan taktis Mobile EM Radar yang mampu mendeteksi objek bergerak dan menangkal ancaman drone untuk Marinir.