Ferdinand melihat, apa yang diperlihatkan Tifa itu terkesan tendensius. Meskipun publik mengetahui bahwa itu merupakan buah dari kemarahannya terhadap Fufufafa dan Jokowi.
"Tetapi jangan kebencian itu kemudian menutupi nalar kita. Saya melihat memang kasus Tom Lembong ini kan memang cukup mengagetkan karena persoalan impor seperti ini kan bukan persoalan baru," terangnya.
"Dan, di Kemendag itu yang namanya rekomendasi impor pangan itu sudah rahasia umum kalau selama ini tidak gratis," sambung dia.
Dituturkan Ferdinand, kasus yang menjerat Tom Lembong merupakan pintu awal mendobrak semua kasus-kasus rekomendasi izin komuditi pangan di Kementerian Perdagangan (Kemendag).
"Kita harus mendorong Kejagung untuk segera membongkar kasus-kasus yang lain.:Karena orang sudah mendengar bagaimana cerita di publik bahwa setiap ada izin rekomendasi komuditi pangan atau apapun, tidak ada yang gratis," imbuhnya.
Ia menekankan bahwa hukum yang sementara berjalan tidak boleh berhenti hanya pada Tom Lembong. Mengingat, Menteri-menteri setelahnya melakukan impor dalam jumlah yang jauh lebih besar.
"Jangan berhenti di Tom Lembong, karena Menteri di Kemendag itu banyak. Yang dilakukan Tom Lembong memang agak menyimpang, dan pemberian izin rekomendasi itu kepada pihak ketiga," tandasnya.
Ferdinand bilang, publik harus bijaksana dan menghargai langkah tegas yang dilakukan Kejagung dalam memberantas pelaku korupsi di Indonesia.
"Kita harus menghargai Kejagung dalam hal ini sedang serius-seriusnya memberantas korupsi. Dokter Tifa gak usahlah membuat isu baru, jangan mengotori tentang pemberantasan korupsi dengan isu Fufufafa," kuncinya.