Warga Makassar Jangan Tertipu Survei Orderan plus Abal-abal, Ini Ciri-cirinya

  • Bagikan
Pemilu 2024

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Hari pencoblosan pemilihan wali kota dan wakil wali kota Makassar sudah semakin dekat. Perang opini di tengah masyarakat pun semakin kencang.

Seperti pilkada-pilkada sebelumnya, pekan-pekan krusial seperti ini dimanfaatkan kubu pasangan calon untuk menggiring opini publik lewat berbagai cara.

Salah satu yang paling sering terjadi dan dilakukan adalah memunculkan hasil survei orderan atau abal-abal. "Jadi, tujuannya adalah ingin menjaring dukungan meski dengan bohong," ujar salah satu warga Minasa Upa, Rahman.

Berdasarkan pengalaman, survei pesanan ini kebanyakan melibatkan pasangan calon yang elektabilitasnya tertinggal jauh dan mencoba membalikkan keadaan dengan berusaha mempengaruhi opini publik.

Tujuannya, selain untuk menyemangati tim pemenangannya yang mungkin sudah putus asa, juga sebagai upaya mengambil hati pemilih yang masih belum menentukan pilihan.

Dengan angka-angka yang diramu sedemikian rupa, mereka akan berusaha memperlihatkan bahwa pasangan itu bisa mengejar ketertinggalan di detik-detik akhir menjelang pemilihan.

Lalu, apa saja ciri-ciri umum survei orderan plus abal-abal tersebut?

Setidaknya ada empat ciri utama survei itu diduga pesanan atau lembaganya abal-abal., menurut Rahman yang juga mantan surveyor itu.

Pertama, lembaga yang melakukan survei sebelumnya jarang muncul. Dan, saat mereka tiba-tiba muncul untuk merilis hasil survei, temuannya akan mengejutkan atau di luar kewajaran.

Kedua, hasilnya selalu berbeda jauh dengan survei lain yang kebanyakan.

"Misalnya, di survei-survei sebelumnya pasangan calon yang memesan lembaga itu tertinggal jauh, tiba-tiba dalam survei yang mereka rilis angkanya berbeda dengan hasil pada umumnya," katanya.

Ketiga, lembaga dan orang-orangnya kebanyakan atau bahkan seluruhnya "lokalan" dan tidak punya kantor yang jelas.

Ini berbeda dengan lembaga survei lokal lainnya yang selama dikenal publik karena aktivitas mereka yang konsisten di setiap pemilu dan alamat kantor jelas.

Keempat, tentu saja lembaga itu tidak terdaftar di Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (PERSEPI). Lembaga yang terdaftar di PERSEPI merupakan lembaga-lembaga yang kredibel dan hasil survei mereka dibuat secara objektif sehingga kalau dianggap melakukan pelanggaran mereka bisa dikeluarkan dari perhimpunan.

Di Makassar sendiri, ada banyak lembaga yang baru-baru ini merilis hasil survei mereka terkait elektabilitas pasangan calon.

Di Oktober, setidaknya ada tiga lembaga yang menyampaikan peta elektoral Pilkada Kota Makassar yakni Celebes Research Center (CRC), Parameter Publik Indonesia (PPI), dan Indikator Politik Indonesia.

Hasil survei CRC menunjukkan paslon nomor urut 1 Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham (MULIA) dengan elektabilitas tertinggi dengan 44,75 persen.

Urutan kedua diduduki Indira Jusuf Ismail-Ilham Ari Fauzi (INIMI) 28,00 persen.

Selanjutnya paslon nomor urut 2 Andi Seto Gadhista Asapa-Rezki Mulfiati Lutfi (SEHATI) meraup 18,75 persen. Sedangkan paslon nomor urut 4 Amri Arsyid-Abdul Rahman Bando (AMAN) 4 persen.

Lembaga Parameter Publik Indonesia (PPI) merilis urutan elektabilitas yang relatif sama. Pasangan MULIA berhasil meraih elektabilitas tertinggi dengan 39,1 persen suara disusul INIMI dengan 19,9 persen.

Di posisi ketiga adalah SEHATI dengan 17,7 persen. Sementara AMAN yang hanya memperoleh 2,0 persen suara di posisi buncit.
Survei Indikator Politik Indonesia menemukan peta elektoral sama.

MULIA meraih elektabilitas sebesar 36,7 persen. Di posisi kedua, INIMI dengan 25 persen suara. Kemudian, SEHATI dengan elektabilitas sebesar 18,9 persen. Dan terakhir, AMAN di posisi terbawah dengan perolehan 3,6 persen.

Khusus awal November ini, Insert Institute adalah lembaga pertama yang merilis hasil survei untuk Pemilhan Wali Kota Makassar 27 November mendatang.

Temuan mereka, elektabilitas MULIA di angka 39,2 persen. Posisi kedua menurut Insert adalah SEHATI dengan 30,5 persen.

SEHATI berdasarkan hasil survei Insert menyalip INIMI. Cukup mencengangkan sebab INIMI berdasarkan temuan Insert Institute hanya berada di angka 17,7 persen. Sementara AMAN tetap konsisten pada kecenderungan survei-survei sebelumnya yakni 4 persen. (*)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan