"Investigasi jangka panjang diperlukan untuk memastikan sel basal yang ditransplantasikan bebas dari mutasi, tertanam secara stabil, dan tidak mengganggu fungsi otak," jelasnya.
Selain itu, studi lanjutan dibutuhkan untuk memvalidasi penggunaan terapi ini pada kelainan degeneratif lain serta kanker yang kompleks.
"Perlu studi lebih lanjut tentang aplikasi terapi berbasis sel dan transisi gen ke perawatan klinis pada berbagai penyakit degeneratif dan kanker," ungkap Taruna, salah satu ilmuwan dunia yang berfokus pada inovasi farmakologi.
Taruna Ikrar menutup paparannya dengan optimisme terhadap masa depan terapi berbasis sel dan genetik. Menurutnya, teknologi ini tidak hanya akan menjadi solusi medis tetapi juga menciptakan harapan baru bagi jutaan pasien di seluruh dunia.
Dengan inovasi ini, dunia kedokteran berada di ambang era baru, di mana penyakit yang sebelumnya sulit disembuhkan dapat ditangani dengan metode yang lebih efektif dan berkelanjutan. (zak/fajar)