Meski sempat membantu, Adnan kemudian meminta bayaran. Novi mengaku sudah memberikan uang tersebut, namun perilaku Adnan justru semakin mengganggu.
"Malam siang ngambil pakaian, banyak dicurinya seperti celana dalam, pipa air, dan lain-lain," ungkap Novi.
Adnan bahkan kerap mengintip Novi dari belakang rumah pada malam hari, dan mematikan lampu rumahnya dengan cara mencabut ampere listrik.
Novi sempat mencoba mencari perlindungan dengan melaporkan tindakan Adnan kepada keluarganya, namun pihak keluarga justru bersikap acuh.
Laporan ke kepala desa juga tak membuahkan hasil karena kades meminta bukti.
"Pak kades minta bukti, saya biarkan dia terus mengganggu, tapi tetap tidak ada tindakan. Keluarganya juga tidak mau menegur," ujarnya.
Pada suatu malam, Novi mendengar suara mencurigakan di rumahnya. Saat mengintip, ia melihat Adnan sedang memotong pipa air dengan gergaji. Dalam keadaan marah dan takut, Novi keluar rumah dan langsung menyiramkan air keras kepada Adnan.
"Pelaku itu mau mencuri. Kata orang dia suka dengan saya, tapi saya tidak mau, orangnya bodoh, tidak waras, bisu," ungkap Novi.
Novi mengaku tindakannya merupakan puncak dari kekesalan dan ketakutannya atas teror yang berlangsung selama hampir enam bulan.
Ia berharap masyarakat dapat memahami kondisinya sebagai ibu rumah tangga yang berjuang melindungi dirinya dan anak-anaknya.
(Muhsin/fajar)