
Popularitas kawasan Bantimurung sebagai The Kingdom of Butterfly atau Kerajaan Kupu-kupu tidak hanya di wilayah Nusantara saja. Beragamnya spesies kupu-kupu di Kawasan Bantimurung telah menjadi pembicaraan hingga ke luar negeri.
Bahkan, naturalis asal Inggris, Alfred Russel Wallacea
mengunjungi dan melakukan pengamatan spesies flora dan fauna di kawasan perbukitan karst Maros, Sulawesi Selatan pada 12 Juli 1857. Wallace juga mengamati beragam jenis kupu-kupu di Bantimurung yang beberapa di antaranya kupu-kupu endemik.
Kekayaan jenis kupu-kupu inilah yang menjadi salah satu alasan Bantimurung dikenal dengan sebutan The Kingdom of Butterfly. Keanekaragaman hayati di kawasan ini sangat tinggi, termasuk berbagai jenis tumbuhan yang menjadi sumber pakan bagi larva kupu-kupu.

Beragam tumbuhan ini menyediakan berbagai jenis nektar yang menarik banyak spesies kupu-kupu untuk datang dan berkembang biak di kawasan ini. Iklim di Bantimurung ditunjang dengan curah hujan yang cukup dan suhu hangat sepanjang tahun, menciptakan kondisi ideal bagi siklus hidup kupu-kupu.
Upaya konservasi yang dilakukan pengelola Taman Nasional Bantimurung Bulusarauang juga sangat membantu dalam menjaga kelestarian habitat kupu-kupu yang menjadi ikon Bantimurung.
Berbagai program konservasi, seperti penangkaran kupu-kupu dan edukasi masyarakat, telah berhasil meningkatkan populasi kupu-kupu di kawasan ini.
Sanctuary Kupu-kupu di Bantimurung merupakan destinasi konservasi spesies kupu-kupu yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat perlindungan dan pelestarian kupu-kupu. Juga berperan penting dalam mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga keberlangsungan spesies kupu-kupu.