Ia membandingkan kasusnya dengan sejumlah kasus kekerasan seksual di kampus yang menurutnya tidak mendapatkan penanganan serius.
"Ini adalah alarm hebat untuk kita semua. unhas (kampus terbaik se-makassar katanya) menunjukkan gerak gerik anehnya akhir akhir ini, menyoal kekerasan seksual yang belum menemui ujung dan terkesan sangat menyelamatkan pelaku, kepala saya menjadi martir seorang diri," ujarnya dengan nada kritis.
Ia juga menilai ada ketidakadilan dalam pemberian sanksi. Menurutnya, pelaku pelanggaran lain hanya diberi sanksi ringan, seperti penangguhan studi, sementara dirinya langsung diberhentikan tidak dengan hormat.
Alief mempertanyakan alasan di balik keputusan yang menurutnya terlalu berat dan berpotensi politis.
Ia kemudian menyerukan kepada teman-teman mahasiswa untuk melihat kejadian ini sebagai sebuah peringatan terhadap situasi di kampus.
Menyebut bahwa suara mahasiswa adalah satu-satunya kekuatan yang mereka miliki untuk melawan ketidakadilan. Alief juga mengkritik Unhas atas dugaan intimidasi yang ia klaim sudah sering ia alami.
"Ini sudah berkali kali saya hadapi entah kenapa kepala saya menjadi sasaran empuk sedang pelaku stop di tiga semester entahlah. silakan kawan-kawan lihat nilai sendiri kejadian ini," pungkasnya. (Muhsin/Fajar)