Menyongsong Ketahanan Pangan Melalui Transformasi Bulog

  • Bagikan
Ilustrasi beras

Menyongsong swasembada pangan

Bagaimana ketahanan pangan Indonesia serta visi swasembada pangan dan lumbung pangan dunia bisa tercapai karena alih-alih bisa surplus, produksi kian menurun?

BPS mencatat luas panen padi pada 2024 hanya berjumlah 10,05 juta hektare dengan total produksi 52,66 juta ton gabah kering giling atau GKG. Perkiraan tersebut tercatat menurun sebanyak 1,64 persen dibandingkan luas panen di 2023 yang sebesar 10,21 juta hektare dan turun turun 2,45 persen dibandingkan produksi di 2023 yang sebesar 53,98 juta ton GKG.

Bulog sendiri harus mempunyai stok 1,9 juta ton untuk didistribusikan kepada 22 juta penerima bantuan pangan sepanjang 2024. Selain itu, sebanyak 1,4 juta stok lainnya juga diperlukan untuk didistribusikan sebagai beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dalam program operasi pasar murah.

Seiring dengan transformasi sebagai badan otonom, Bulog harus mampu menyerap semua hasil panen petani, baik itu sepenuhnya maupun sebagai dari produksi tidak mereka jual ke perusahaan lain.

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menilai penyiapan infrastruktur pascapanen merupakan hal yang paling penting dilakukan oleh Bulog. Infrastruktur yang dibutuhkan adalah mesin pengering dan SPP (sentra penggilingan padi) yang didukung dengan gudang yang mampu menampung semua stok GKG.

Menilik produksi dari negara tetangga seperti Vietnam, mereka mampu memproduksi 27 juta ton dalam setahun, sedangkan kebutuhannya hanya 21,5 juta ton sehingga sisanya sekitar 6 juta ton bisa dijadikan sebagai cadangan pangan. Begitu juga dengan India yang mempunyai kelebihan produksi hingga 21 juta ton.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan