FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- SV, seorang perempuan muda di Kota Makassar tak pernah menyangka bahwa interaksi singkat di media sosial, akan berujung pada pengalaman yang mengganggu dan menakutkan.
Semuanya bermula dari pesan langsung (DM) di media sosial Instagram yang dikirim oleh seorang mahasiswa tak dikenal.
"Dia sudah lama follow saya sepertinya. DM-nya berkali-kali tapi baru saya liat. Karena saya juga sebenarnya jarang buka DM," ujar perempuan yang baru berusia 23 tahun itu.
Ia mengaku bahwa dirinya tidak sengaja membuka pesan pelaku karena posisinya paling atas di antara pesan yang lain.
"Dan saya tanyakan maksud dmnya itu apalagi kita tidak kenal. tapi responnya malah arogan," sebutnya.
Namun, dalam waktu singkat, pesan tersebut berubah menjadi kalimat-kalimat tidak pantas yang mengarah pada pelecehan verbal.
“Pelaku sering menghubungi saya, mulai dengan pertanyaan yang tidak sopan seperti, butuh uang? dan pertanyaan serupa yang memberikan kesan negatif,” SV menuturkan.
SV merasa risih, tetapi ia berusaha untuk tidak merespons pesan-pesan itu. Sayangnya, ketidakpeduliannya justru membuat pelaku semakin agresif.
"Saya yang risih dengan DMnya itu akhirnya menanyakan apa maksud DMnya itu, sampai saya ajak ketemu buat dengar dia klarifikasi secara langsung," terangnya.
Tidak hanya mengucapkan kalimat yang melecehkan, terduga pelaku juga melontarkan ancaman tak biasa.
"Tapi dia malah mau adu jotos lah, mengancam mau santet (doti) dengan bawa-bawa suku," ucapnya.
Dijelaskan SV, setelah berani speak up mengenai apa yang dia alami, tidak sedikit korban lain mengaku pernah diganggu terduga pelaku.
"Deh banyak (korban) sekali kak, nda bisa ma up semua," kata SV berusaha menggambarkan para korban yang menghubunginya melalui Instagram.
Dalam potongan gambar yang dikirim SV, salah seorang yang menghubungi dirinya mengaku bahwa berdasarkan pengalamannya terduga pelaku tidak melihat dari sisi penampilan calon korbannya.
"Bukanji bilang cara berpakaian, itu memang cowok agak gila keknya itu. Saya saja tidak pernah up fotoku di sosmed tapi dulu seringka juga nachat," kata korban yang tidak disebutkan namanya itu.
Sama seperti SV, korban yang satu ini juga acapkali diajak bertemu di luar. Parahnya, ia nekat meminjam uang meskipun belum terlalu kenal.
"Gilanya subuh-subuh natelfonka natanyakan bank apa kupake nabilng bermasalah mbangkingnya habis kuotana, jadi maui pinjam uang sama saya padahal ini ndg kukeknal i sotta-sotta na kodong," bebernya.
Karena merasa hilang minat, ia tidak lagi merespons apalagi terduga pelaku menghubungi dirinya.
"Semenjak itu ilfil sekalika ndg modalna deh ndg pernah kurespon jadi tak nachat-chatma sampai sekarang, pokokna kerenn sekaliki kak bisa spek up untuk viralkan saja in cowok," tegasnya kepada SV.
Tidak ingin ada korban lain, SV pun membuat laporan di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Makassar, setelah tidak ada niat baik dari terduga pelaku meminta maaf.
Hanya saja, kata SV, laporan yang dibuatnya tersebut tidak diterima polisi lantaran tidak mempunyai cukup bukti pada Senin (16/12/2024) kemarin.
"Itu semalam saya pergi melapor tapi dianggap pihak kepolisian tidak termasuk pelecehan. (Laporan) ditolak, karena katanya bukan pelecehan. Polisi bilang cari dulu bukti, karena ini masih multitafsir," tandasnya.
Ia pun tidak menyembunyikan rasa kecewanya terhadap sikap Kepolisian yang terkesan acuh terhadap laporannya.
"Saya ini perjuangkan tentang keadilan, apakah memang harus proses hukum atau bagaimana. Saya tadi malam menangis pas dia (polisi) bilang tidak termasuk pelecehan," pungkasnya.
Terpisah, Kanit PPA Polrestabes Makassar Iptu Hartawan yang dikonfirmasi mengatakan bahwa dirinya belum bisa berkomentar banyak mengenai hal tersebut.
"Belum bisa saya berkomentar, karena saya juga belum tahu duduk perkaranya, mungkin ada kendala sewaktu di piket sehingga diarahkan untuk melengkapi buktinya," singkat Hartawan. (Muhsin/fajar)