Saat ditanyakan soal uang palsu yang diproduksi para tersangka, Rizki emoh menjelaskan tentang seberapa persentase perbedaannya dengan uang asli.
"Kami tidak dalam kapasitas membedakan berapa persen, satu saja beda itu sudah uang palsu, paling tidak bisa dipalsukan multi color Latin image, bahasnya sudah ketahuan dan hasil geraknya relatif buram," kuncinya.
Sebelumnya diberitakan, Kapolres Gowa AKBP Reonald Simanjuntak menyebut, sebelum ditemukan di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, produksi uang palsu awalnya dilakukan di salah satu rumah tersangka.
Hal tersebut diungkapkan Reonald saat mendampingi Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan mengekspose kasus tersebut pada Kamis (19/12/2024).
"Awal pertama ditemukan di Jalan Sunu Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar," ujar Reonald kepada awak media.
Dikatakan Reonald, saat memproduksi di rumah salah satu tersangka, mereka hanya menggunakan alat yang berukuran kecil.
"Alat besar itu senilai Rp600 juta dibeli di Surabaya, namun di pesan dari China, alat itu dimasukkan salah satu tersangka inisial AI (Kepala Perpustakaan) ke dalam kampus," tukasnya.
Dalam prosesnya, kata Reonald, AI yang menggunakan gedung Perpustakaan sebagai pabrik produksi uang palsu dengan skala lebih besar.
"Ini tanpa sepengetahuan pihak kampus di malam hari. Di awal September 2024 mulai dilaksanakan tindak pidana tersebut," sebutnya.
Mengenai isu yang beredar bahwa pabrik uang palsu itu diotaki oleh orang besar, Reonald memberikan penegasan berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan.